Sinopsis Personal Taste - Episode 12

Written by Yui Shinji 0 comments Posted in:

Jin-ho minta maaf pada Do-bin dan berkata kalau ia mencintai Park Kae-in. Do-bin kaget mendengar Jin-ho bukanlah gay. Sementara itu Kae-in sudah selesai bicara dengan Chang-ryul, tiba-tiba Chang-ryul bertanya apakah Kae-in dan Jin-ho bahagia. Kae-in berbalik dan mengangguk, Chang-ryul tersenyum lega karena itu artinya ia bisa melepaskan Kae-in selamanya dengan rasa tenang. Kae-in pergi tapi Chang-ryul melihat sebuah truk berjalan kencang menuju arah Kae-in berada. Chang-ryul reflek berlari menyelamatkan Kae-in.

Di tempat lain Do-bin berjalan lunglai meninggalkan Jin-ho. Sementara itu Chang-ryul berhasil menyelamatkan Kae-in, dan mereka terjatuh dipinggir jalan. Kae-in selamat tapi Chang-ryul tak sadarkan diri sehingga membuat Kae-in panik.


Chang-ryul di bawa kerumah sakit, dokter berkata Chang-ryul tidak apa-apa tapi harus tetap dirawat disana sampai ia sadar. Do-bin kembali ke kamarnya dengan perasaan sangat syok dan kecewa, ia membuang hadiah yang telah ia siapkan untuk Jin-ho.

Kae-in menunggui Chang-ryul dengan perasaan cemas.
Sementara itu Young-soon pergi minum dengan Sang-joon. Mereka senang karena rencana mereka mempersatukan Jin-ho dan Kae-in lagi berhasil. Young-soon berkata jika dulu ia tahu Sang-joon bukan gay, ia pasti tidak bisa berteman akrab dengan Sang-joon karena jika Sang-joon adalah pria normal maka ia pasti tidak akan memperdulikannya. Sang-joo tidak terima karen ia merasa saat ia pura-pura gay ia masih tetap memiliki aura kejantanan yang dapat menarik wanita. Ia lalu berusaha menunjukan itu dengan merayu seorang wanita yang duduk tak jauh dari mereka. Tapi tiba-tiba pacar wanita itu datang dan Sang-joon pura-pura tidak melakukan apa-apa dan kembali kemejanya. Young-soon geli melihatnya. Sang-joon senang bisa membuat Young-soon tertawa karena itu artinya hubungan mereka kembali akrab seperti dulu.
Jin-ho mencari Kae-in di kamarnya tapi tidak ada jawaban dari dalam. Lalu In-hae datang dan berkata kalau Kae-in sedang bersama Chang-ryul. Jin-ho tak percaya ia kemudian mencari Kae-in di lobby hotel tapi tetap tak menemukannya, ia kemudian mencoba menelepon Kae-in. Kae-in yang masih ada dirumah sakit mengangkat teleponnya, Jin-ho segera tanya Kae-in ada dimana. Kae-in mencoba menjelaskan tapi Jin-ho langsung tanya lagi Kae-in bersama siapa. Kae-in mencoba menjelaskan lagi kalau Chang-ryul sedang dirawat di rumah sakit, tapi belum selasai Kae-in menjelasakan Jin-ho sudah marah dan langsung menutup teleponnya. Kae-in bingung kenapa Jin-ho tiba-tiba menutup teleponnya.

Chang-ryul mulai sadar dan terkejut Kae-in ada disana. Kae-in langsung tanya bagaimana keadaan Chang-ryul. Chang-ryul berkata dia tidak apa-apa tapi Kae-in masih kawatir karena tadi kepala Chang-ryul terbentur aspal jalan. Chang-ryul mulai ingat kejadian kecelakaan itu dan tetap berkata kalau ia tidak apa-apa. Kae-in berkata Chang-ryul sudah tidak sadarkan diri selama 5 jam. Chang-ryul terharu karena selama itu Kae-in terus menjaganya. Kae-in berkata tentu saja ia harus melakukan itu karena Chang-ryul terluka karena mencoba melindunginya. Chang-ryul berkata tentu saja ia harus melindungi Kae-in bahkan apa pun ia akan lakukan demi Kae-in. Kae-in jadi tak enak. Chang-ryul tersenyum dan berkata ia hanya bercanda. Tapi Kae-in tetap tak enak. Chang-ryul berkata Kae-in tak perlu mencemaskannya lagi karena ia adalah laki-laki yang kuat, yang akan keluar membantu jika Kae-in ada masalah. Kae-in mengucapkan terima kasih. Chang-ryul berkata itu tak perlu karena apa yang dilakuannya saat ini tidak ada bisa dibandingkan dengan apa yang telah dilaukan Kae-in dulu kepdanya.

Jin-ho pergi minum-minum sendirian di bar hotel, tiba-tiba In-hae datang dan memanasi dengan menebak bahwa Jin-ho minum-minum pasti karena Kae-in sedang bersama Chang-ryul. In-hae berkata kalau hubungan Kae-in dan Chang-ryul dulu berjalan lama jadi membutuhkan waktu untuk melupakan masing-masing. Jin-ho berkata kalau ia ingin minum sendirian. In-hae bukannya pergi malah berkata bahwa ia tahu Jin-ho itu orang seperti apa sejak pertama kali bertemu.
“Barang yang diinginan, sebelum mendapatkannya tak akan dilepaskan. Kalau sekali tak berhasil maka akan mencoba lagi” kata In-hae.
Jin-ho hanya diam tak membalas. In-hae kemudian bertanya apakah Jin-ho sudah menjelaskan semuanya kepada Do-bin. Jin-ho belum menjawab. Tapi In-hae sudah bisa menebak, ia kecewa karena jin-ho tak perlu melakukannya, Jin-ho hanya perlu menjadi teman Do-bin agar memenangkan tender itu. Kali ini Ji-ho menimpali. Ia berkata jika ia melakukan hal seperti itu maka itu namanya penipuan. In-hae tak percaya, ia berata kalau Jin-ho tak berniat menipu orang lain maka sejak awal seharusnya Jin-ho tidak mengaku gay. Jin-ho tak bisa menjawabnya lagi. In-hae kembali berkata kalau ia sebetulnya ada sedikit pertanyaan tentang kenapa Jin-ho pura-pura menjadi gay untuk tinggal di Sang Go Jae. Jin-ho kaget mendengar hal itu.
Do-bin pergi minum-minum dipinggir pantai. Ia memikirkan jawaban Jin-ho saat dituduh memanfaatkan kedekatan Jin-ho denganya (saat pengakuan kalau dia gay) dan saat ia mengakui kalau dia bukan gay. Saat itu Jin-ho berkata kalau ia rela jika dikeluarkan dari tender musium karena ia tidak ingin mengecewakan ketulusan hati Do-bin terhadapnya selama ini.
“Jika kamu benaran ingin menipu saya, saya rela untuk menerimanya (jiah... om ini)” kata Do-bin dalam hatinya.

Chang-ryul dan Kae-in kembali kehotel. Kae-in sedikit khawatir karena Chang-ryul terlihat masih kesakitan. Chang-ryul bilang kalau Kae-in tak perlu merisaukan dia karena luka itu tidak ada artinya dibandingkan rasa sakit saat melihat Kae-in bergandengan tangan dengan Jin-ho. Kae-in jadi tidak enak. Chang-ryul menenangkan Kae-in dengan berkata kalau ia sekarang sudah bisa menerima hubungan Kae-in dengan Jin-ho.

Jin-ho buru-buru pergi menuju lift. In-hae terus mengejarnya dan mendesak Jin-ho mengakui bahwa tebakannya tentang niat Jin-ho tinggal di Sang Go-jae adalah benar. Jin-ho meminta In-hae untuk diam. In-hae bertanya apa Jin-ho takut karena niatnya Jin-ho sesungguhnya sudah terbaca olehnya. Jin-ho dengan dingin menyuruh In-hae diam. In-hae terus berbicara. Ia menebak karena desain musium damn dulunya diserahkan pada Prof. Park maka jika Jin-ho menjadi menantu Pof Park akan.... Belum selesai In-hae bicara, Jin-ho mendorong In-hae kepinggir lift. Jin-ho memperingatkan agar In-hae menjaga bicaranya. In-hae malah tersenyum, ia berkata dengan reaksi Jin-ho seperti itu maka sudah menjawab bahwa tebakannya adalah benar.
Kae-in dan Chang-ryul menuju lift. Dan bersamaan dengan itu lift Jin-ho dan In-hae juga telah sampai. Yab lift yg sama dengan yang ditunggu Kae-in dan Chang-ryul. Kae-in kaget melihat Jin-ho dengan In-hae. Jin-ho pun kesal melihat Kae-in bersama Chang-ryul. Jin-ho segera keluar dari lift tanpa bicara apapun dengan Kae-in (bukannya Kae-in yang harusnya cemburu melihat adegan Jin-ho dan In-hae).
Kae-in yang bingung dengan sikap Jin-ho segera mengejarnya. In-hae keluar dari lift dan menyindir Chang-ryul yang masih dekat dengan Kae-in. In-hae mengajak chang-ryul untuk bekerja sama lagi memisahkan Kae-in dan Jin-ho. Chang-ryul tak percaya dengan sikap In-hae yang masih belum putus asa.
Kae-in berhasil menyusul Jin-ho. Ia tanya kenapa Jin-ho tak mau mendengar penjelasannya, tapi malah menutup telepon. Jin-ho dengan kesal kemudian bertanya apa yang harus dilakukan Kae-in bersama dengan Chang-ryul. Kae-in menjelaskan kalau ia terpakasa harus bersama dengan Chang-ryul tadi. Jin-ho memotong karena ia tak percaya hanya karena terpaksa maka Kae-in terus bersama Chang-ryul. Jin-ho memarahi Kae-in yang terus memberi peluang pada Chang-ryul untuk kembali. Kae-in tak tahan ia berkata kalau ia tak pernah memberikan Chang-ryul peluang dan mereka tadi bertemu untuk mengucapkan perpisahan. Jin-ho tetap tak percaya dan berkata buat apa perpisahan memerlukan waktu yang lama. Kae-in meminta Jin-ho tidak berbicara seperti itu, karena tadi demi menolongnya Chang-ryul terluka dan harus dirawat dirumah sakit sehingga ia tak bisa meninggalkan Chang-ryul begitu saja. Jin-ho terkejut mendengar Kae-in hampir kecelakaan tapi ia kesal karena Kae-in dan Chang-ryul masih saling mengkhawatirkan. Kae-in berkata kalau ia tak ada apa-apa dengan Chang-ryul. Tapi Jin-ho keburu berkata kalau ia bisa marah walaupun karena masalah kecil (ia bisa cemburu meski karena masalah kecil). Jin-ho kemudian pergi meninggalkan Kae-in. Kae-in tak percaya Jin-ho bersikap seperti itu. Dari kejauhan Chang-ryul melihat Kae-in sedang sedih karena bertengkar dengan Jin-ho.
Jin-ho menyendiri disebuah tempat. Ketua Choi melihatnya dan menghampirinya. Jin-ho langsung memberi hormat kepada Do-bin. Ketua Choi berkata apakah Jin-ho tidak menyesal mengatakan yang sejujurnya kepadanya padahal ia bisa terus berbohong. Jin-ho berkata kalau ia pernah memikirkan hal itu, tapi melihat kebaikan Do-bin kepadanya, ia mengurungkan niatnya itu. Jin-ho juga merasa kalau ia meneruskan kebohongan itu maka tidak adil bagi gadis yang ia cintai. Do-bin merasa Jin-ho keterlaluan karena baru mengungkapkan kebenarannya sekarang. Jin-ho tertunduk merasa bersalah. Tapi kemudaian Do-bin berkata kalau ia sekarang bahagia. Karena berkat Jin-ho, sekarang ia bisa berani menerima keadaan dirinya yang berbeda dari orang lain. Jin-ho minta maaf karena membuat Do-bin terluka. Do-bin kemudian bertanya apakah saat Jin-ho mengakui kalau ia gay didepan Chang-ryul adalah karena merasa kasihan padanya. Jin-ho hanya diam. Do-bin mengerti apa artinya itu, ia kemudian berkata kalau ia akan berusaha melupakan masa lalu karena ia tak ingin kehilangan teman.
Keesokan harinya Kae-in masih cemas dengan kejadian semalam. Young-soon bangun dalam keadaan pusing karena mabuk setelah meranyakan keberhasilannya. Tapi begitu melihat wajah Kae-in yang murung Young-soon langsung kecewa karena itu berarti usahanya gagal. Kae-in mencoba menjelaskan kalau itu terjadi karena Chang-ryul... Belum selesai menjelaskan Young-soon sudaha meledak karena mendengar nama Chang-ryul, Young-soon bertanya apa yang dilakukan Chang-ryul hingga Kae-in gagal baikan dengan Jin-ho. Kae-in menjelaskan semua kejadian kemarin pada Young-soon. Young-soon berkata wajar jika Jin-ho marah karena Kae-in berkata kalau ia bersama Chang-ryul seharian. Kae-in tak terima disalahkan begitu saja karena ia sama sekali tak melakukan apa-apa dengan Chang-ryul. Young-soon tentu saja tau hal itu. Ia kemudian berkata kalau Jin-ho sepertinya sangat mencintai Kae-in hingga bisa cemburu karena masalah kecil. Hal ini sama seperti dirinya yang suka cemburu bila suminya bersama wanita lain.
“Apa kamu tidak merasakan hal sama, saat melihat Jin-ho bersama wanita lain?” tanya Young-soon sedikit curiga dengan Kae-in.

Jin-ho dan Sang-joon baru saja selesai mengikuti pertemuan. Tiba-tiba Chang-ryul datang dan berkata kalau ia ingin bicara empat mata dengan Jin-ho. Chang-ryul dan Jin-ho kemudian bicara empat mata dipinggir pantai. Chang-ryul menjelaskan kalau kemarin Kae-n hanya menemaninya dirumah sakit saja. Jin-ho berkata kalau ia sudah tau. Chang-ryul tersenyum tipis dan berkata kalau kemarin ia sudah mau melepaskan Kae-in tapi malah terjadi kecelakaan itu. Jin-ho segera berkata kalau ia sudah mendengar hal itu. Hin-ho dengan ketus bertanya apa demi menjelaskan hal ini Chang-ryul menemuinya. Bukannya mejawab, Chang-ryul malah menjelaskan hal lain. Chang-ryul berkata kalau ia tidak menyangka ayahnya menemui Kae-in di Sang Go-jae, padahal ayahnya tau kalau ia dan Kae-in tidak memiliki hubungan apa-apa. Jin-ho sedikit kaget mendengarnya. Untuk menjaga gengsinya Chang-ryul berkata kalau ia juga sebenarnya tak mau menjelaskan semuanya tapi demi tidak melihat Kae-in sedih ia mau melakukan hal itu. Jin-ho kemudian minta agar Chang-ryul tidak memperdulikan apa-apa lagi yang berhungan dengan Kae-in.
Chang-ryul tertawa karena menganggap Jin-ho lucu. Chang-ryul berkata dulu jika masalah perkerjaan Jin-ho tidak pernah bereaksi lebih seperti sekarang tapi sekarang hanya karena masalah Kae-in, Jin-ho bisa bersikap seperti itu. Jin-ho tak mau menanggapi. Ia berkata kalau tidak ada hal yang ingin dibicarakan lagi ia akan pergi. Jin-ho pergi. Chang-ryul tiba-tiba berkata kalau ia iri melihat pertengakarang Jin-ho dan Kae-in. Jin-ho terhenti saat mendengar hal itu.
Chang-ryul berkata kalau ia dulu sama sekali tak pernah bertengkar dengan Kae-in karena Kae-in selalu mengerti dirinya. Jin-ho berbalik dan menanyakan tentang luka Chang-ryul.
Chang-ryul tersenyum senang dan berkata “Apa? Kamu masih bisa perhatian pada saya! Karena cinta apakah dendam kepadaku sudah hilang?” .
“Tidak peduli. Kamu karena wanita saya baru bisa terluka. Terimakasih” kata Jin-ho dengan sedikit gengsi.
“Hay Jon Jin-ho. Walaupun masalah percintaan saya mengalah kepadamu. Tapi kamu jangan mengira saya akan mengalah dalam hal pekerjaan. Kali ini saya tidak akan main belakang. Saya ingin bersaing scara sehat denganmu. Setuju?” kata Chang-ryul tak kalah jaim. Jin-ho tersenyum kecil dan berkata “Setuju”. Kemudian mereka berpisah.
Jin-ho kekamar Kae-in. Ia masih ragu untuk berbaikan dengan Kae-in, ia juga kesal karena Kae-in tidak mengangkat telepon darinya. Jin-ho akhirnya memutuskan pergi dari sana tapi kemudian kembali dan mencoba untuk mengetuk pintu kamar Kae-in. Dan ternyata saat itu Kae-in juga hendak keluar kamar. Jin-ho jadi salah tingkah. Kae-in menat Jin-ho penuh curiga.
“Kenapa kamu tidak mengangkat telepon saya?” kata Jin-ho sedik kesal dan sedikit jaim.
“Apa pedulimu” kata Kae-in tak kalah kesal dan mau pergi dari sana.
Jin-ho menghalangi jalan Kae-in dengan tangannya.
“Kenapa? Kamu ada yang ingin dibicarakan dengan saya kah?” tanya Kae-in.
Jin-ho diam saja.
“Tidakkah kau ingin berkata maaf atau apa kepadaku!” sindir Kae-in.
“Maaf karena membuatmu marah atau apa” kata Jin-ho.
Kae-in pura-pura masih terlihat tidak senang kemudian pergi dari sana.
“Kamu mau pergi kemana?” kata Jin-ho sambil menarik tangan kae-in.
Kae-in melepas tangan Jin-ho sambil tersenyum kecil.
Jin-ho termakan permainan Kae-in. Ia akhirnya pergi mengejar Kae-in.
Kae-in dan Jin-ho pergi ke mall. Kae-in terlihat heran melihat-lihat mall itu karena dulu terakhir ia datang kepulau jeju belum ada mall itu. Jin-ho masih terlihat kesal dipermainkan Kae-in tadi.
“Kamu tidak beli apa-apa.. buat apa datang kesini” kata Jin-ho kesal.
“Aku mau beli” kata Kae-in yakin.
“Beli apa?” kata Jin-ho penasaran.
“Buat apa membertitahumu” kata kae-in kesal.
“Kalau begitu kenapa kau membawaku kesini?” kata Jin-ho kesal.
“Karena saya tidak kenal jalan” kata Kae-in kesal.
Kae-in kemudian melihat-liat syal yang dipajang tak jau darinya.
“Ah... kamu hanya mencari alasan” kata Jin-ho.
Kae-in tak menanggapi ia sibuk melihat-lihat.
“Kamu mau beli ini? Ibu saya yang dengan usia yang begitu juga tidak akan menggunakan ini” kata Jin-ho menyindir.
“Kalau begitu mana yang ia suka” kata Kae-in.
Jin-ho terliahat kaget.
“Kamu datang untuk membelikan hadiah untuk ibu sayakah?” kata Jin-ho penasaran.
Kaae-in terlihat sedikit putus asa, ia berkata “Saya tahu ini masih tidak cukup, tapi saya...”.
Jin-ho tersenyum senang ia jadi gemas pada Kae-in sehingga mencubit pipinya.
Kae-in kaget tapi kemudian ikut tersenyum. Mereka lalu melihat ada game untuk pasangan kekasih. Kae-in berkata dengan semangat kalau hadianya jam tangan yang ditawarkan itu adalah jam tangan mahal. Jin-ho menyindir apa Kae-in dengan kata lain ingin mengjaknya ikut game itu. Kae-in berlagak jaim. Ia berkata kanapa ia harus mengajak Jin-ho. Jin-ho berkata buankankah itu game pasangan kekasih jadi harus dilakukan bersama-sama. Kae-in menolak mengikuti game itu arena ia buan ahlinya. Jin-ho berkata kalau Kae-in tak perlu memusingkan hal itu. Kae-in jadi tertarik. Ia bertanya apa Jin-ho ahli dalam game itu.
“Kamu kira saya tidak bisa memecahkan code itu” kata Jin-ho.
“Itu siapa yang tahu” kata Kae-in.
Jin-ho kemudian menarik tangan Kae-in dan mengajaknya untuk main game itu.
Jin-ho berusaha sendirian untuk memecahkan code itu tapi gagal berkali-kali. Kae-in mencoba membantu tapi ditolak Jin-ho. Akhhinya Kae-in tak tahan, ia mengambil alih permainan dan dengan asal memasukan code. Tapi malah berhasil. Jin-ho, Kae-in dan pengunjung lain kaget melihatnya. Dan sebagai pemenang mereka harus foto pasangan dengan hadiahnya.

Sementara itu In-hae mengajak Chang-ryul untuk bicara empat mata. Begitu tiba Chang-ryul langsung bertanya maksud In-hae mengajanya bertemu. Buannya menjawab. In-hae malah bertanya apa Chang-ryul tau ide dasar musium kesenian damn apa?. Chang-ryul terlihat bingung.
“Sang Go Jae” kata In-hae.
“Sang Go Jae! bukankah itu rumah Kae-in” kata Chang-ryul heran.
“Dari awal ketua Choi sudah memutuskan untu menggunakan desain Sang Go Jae” kata In-hae.
“Kenapa kamu bisa tahu?” tanya Chang-ryul kaget sealigus heran.
“Waktu berbicara dengan sekretaris pengarah baru tahu. Kamu tidak heran kenapa Jin-ho mau masuk ke Sang Go Jae?” tanya I-hae.
Chang-ryul tambah kaget dan metap In-hae tajam.
“Kamu kira dia masuk karena kebetulankah?” pancing In-hae.
“Apa! Tunggu jadi masud kamu Jin-ho masuk Sang Go Jae karena tahu rahasia ide dasar itu?” kata Chang-ryul.
“Otak kamu akhirnya berputar juga” kata In-hae sambil tersenyum menang.
“kalau begitu maksud kamu ia berpacaran dengan Kae-in juga karena alasan itu?” tanya Chang-ryul.
“Kalau bukan begitu bagaimana menjelaskan kebeluan itu” kata In-hae.
Chang-ryul terlihat kesal mendengarnya.
“Jeon Jin-ho adalah orang yang tak boleh kamu remehkan. Jadi kamu masih relakah Jin-ho bersama Kae-in” kata In-hae memanasi.
“Jeon Jin-ho, berengsek!” kata Chang-ryul sudah tak dapat menahan marahnya.
Ia segera pergi mau mencari Jin-ho.
Jin-ho sendiri tenganh asik berjalan-jalan dipantai bersama Kae-in. Dan saat pulang naik mobil Kae-in berteriak kalau ia sangat mencintai Jin-ho.
In-hae berusaha mencegah Chang-ryul. Tapi Chang-ryul sudah terlanjur marah dan tak dapat dihentikan. In-hae kemudian berkata buat apa Chang-ryul mencari Jin-ho saat ini. Jika Chang-ryul mengungkapkan kebenaran saat ini Jin-ho hanya perlu minta maaf pada Kae-in dan mereka akan kembali lagi. Ia minta Chang-ryul menunggu waktu yang tepat untuk memongkar rahasia ini. Saat Kae-in mengetahui betapa hinanya Jin-ho. Lagi –lagi Chang-ryul termakan omongan In-hae.

Saat kembali ke Seoul, Jin-ho mengantar Kae-in dan Young-soon kembali ke Sang Go-jae. Jin-ho mau menurunkan barang-barangnya juga tapi tiba-tiba Kae-in meminta Jin-ho kembali kerumahnya saja. Jin-ho kaget mendengarnya. Kae-in beralasan kalau saat ini ibu Jin-ho tau, kalau jin-ho baru saja selesai berpergian. Kae-in merasa tidak enak jika Jin-ho tidak kembali kerumahnya terlebih dahulu dan malah ke di Sang Go Jae. Young-soon ikut menimpali. Ia berkata kalau mereka belum menikah jadi Kae-in harus menjaga imejnya dimata calon mertuanya. Meski terlihat kecewa tapi Jin-ho mengerti. Ia akhinya pergi pulang juga.

Saat sampai di rumah Jin-ho langsung di introgasi oleh Hye-mi. Hye-mi bertanya apakah benar Jin-ho pergi berdua dengan Kae-in ke pulau Jeju. Jin-ho kesal dan tak mau menanggapinya. Ia pun mau masuk kekamarnya. Tapi kali ini ia dicegat oleh ibunya. Ibunya pun bertanya apa benar Jin-ho pergi ke pulau jeju dengan Kae-in. Jin-ho akhinya menjelaskan kalau mereka pergi karena urusan pekerjaan bukan untuk main-main. Jin-ho juga minta ibunya untuk percaya bahwa Kae-in itu adalah gadis baik-baik dan bila ibunya sudah mengenal Kae-in pasti ibunya akan menerimanya. Tapi Ibu Jin-ho langsung berkata kalau ia tidak akan pernah dapat menerima Kae-in. Karena Kae-in pernah berhubungan dengan Chang-ryul (alasan pa itu??). Jin-ho akhirnya bermalam di kantor.
Keesokan harinya Ayah Chang-ryul menyuruh Chang-ryul pergi ke Cina. Tapi Chang-ryul menolaknya. Ayah Chang-ryul kaget dan marah. Ia mengirim Chang-ryul ke Cina karena Chang-ryul telah gagal merebut Kae-in kembali sehingga mereka juga gagal dalam tander musium. Chang-ryul berkata kalau ia pasti akan mendapatkan Kae-in kembali. Ayah Chang-ryul bingung mendengarnya. Chang-ryul minta kali ini ayahnya tidak usah ikut campur dalam masalahnya. Ia juga berkata kalau ayahnya cukup duduk dan melihat saja karena ia akan memenangkan tander musium kali ini tanpa jalan belakang. Ayah Chang-ryul semakin kaget dan bingung. Tapi Chang-ryul dengan yakin berkata kalau ia pasti akan memenangkan tander itu dan ia hanya perlu kesempatan untuk mewujudkannya. Melihat keyakinan Chang-ryul, ayahnya pun akhirnya setuju.

Chang-ryul dibantu oleh sekretaris Kim mengumpulkan data-data tentang Sang Go Jae. Tapi sayang data-data yang di dapatkan hanya sedikit. Sekretaris Kim berkata kalau hal itu terjadi karena Prof. Park tidak membuka Sang Go Jae untuk umum lagi. Chang-ryul tampak benar-benar serius bekerja kali ini. Ia bahkan mengancam akan memecat sekretaris Kim jika ia masih suka membahas hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Chang-ryul kemudian menelpon seseorang dan menanyakan apakah orang tersebut sudah memutuskan sesuatu.

Sang-joon berlari keruang kerja Jin-ho. Ia berkata kalau ada masalah besar. Jin-ho bertanya ada masalah apa. Sang-joo menjelaskan kalau pemilik gedung kantor mereka akan menjual gedung itu dan dalam waktu satu bulan mereka harus mengosongkan tempat itu. Jin-ho kaget dan stress mendengarnya. Sang-joo merasa ini sangat aneh karena selama 4 tahun mereka menyewa gedung itu, tidak pernah terjadi masalah dan bahkan uang sewa pun tak pernah naik. Jin-ho memutuskan untuk pergi berbicara dengan pemilik gedung. Sang-joon berkata kalau itu percuma karena gedung itu baru saja dijual. Jin-ho benar-benar putus asa.

Sementara itu di gedung musium. Do-bin meminta In-hae menemui Kae-in dan berkata kalau ia ingin makan siang bersama Kae-in. In-hae telihat tidak suka mendengarnnya. Tapi In-hae mau tak mau akhirnya pergi menemui Kae-in dan menyampaikan pesan dari Do-bin. Kae-in kaget mendengarnya. In-hae menyindir dengan berkata kalau selama ini orang seperti Do-bin yang suka makan sendiri malah mau makan bersama dengan Kae-in. Kae-in merasa tidak enak.
“Orang seperti kamu dengan usaha sedikit pun akan mendapatkan apa yang kamu suka. Tapi aku untuk barang yang begitu kecil pun harus berusaha dengan keras” kata In-hae.
“Jadi karena terlalu tidak menyukaiku, makanya kamu merampas Chang-ryul?” kata Kae-in tenang.
“Ya” kata In-hae tanpa ragu.
“Jadi kamu kali ini pun akan berusaha merampas Jin-ho dari saya lagi?” tanya Kae-in tetap tenang.
“Sepertinya kamu sangat cemburu melihat saya dan Jin-ho di lift saat itu” kata In-hae.
“Tidak. Saya tidak cemburu. Karena saya sangat percaya pada Jin-ho. Saya hanya ingin menyakinkan karena kamu adalah teman baik saya dulu” kata Kae-in.
“Kamu ini sedang mengasihani sayakah?” kata In-hae tak senang.
“Ya, Kamu memang kasihan” kata Kae-in.
In-hae tertawa dan berkata kalau Kae-in terlalu percaya diri karena Jin-ho mencintainya, sehingga merasa sudah mendapatkan segalanya didunia ini. Kae-in tetap tenang menanggapinya. In-hae memperingatakan kalau Kae-in dulu juga pernah bergitu sangat mempercayai Chang-ryul tapi ia berhasil merebutnya. Kae-in berkata kalau Jin-ho tidak sama dengan Chang-ryul.
“Ya. Dibandingan dengan Chang-ryul ia lebih pintar dan penuh ambisi. Tapi apakah kamu tidak curiga orang seperti dia menyukaimu?” kata In-hae.
“Ingin mentertawakan sayakah? Sialahkana saja. Karena dengan sepeti ini kamu malah memperparah diri kamu sendiri” kata Kae-in sambil pergi dari sana.

Kae-in sedikit takut bertemu dengan Do-bin. Do-bin menegur Kae-in yang sudah berhubungan dengan Jin-ho tapi tetap mendukungnya dengan Jin-ho dulu. Kae-in berkata kalau ia juga tidak pernah menyangka kalau Jin-ho.... (bukanlah gay). Do-bin memotong. Ia berkata kalau ia sedang tidak senang sehingga mengajak Kae-in untuk bertemu dan makan bersama. Kae-in jadi tidak enak ia minta maaf pada Do-bin. Tapi tiba-tiba Do-bin mengucapakan selamat kepada Kae-in.
“Apa?” kata Kae-in bingung.
“Kamu telah lulus dalam kelas cinta sepihak kita” kata Do-bin.
Kae-in lega tapi masih tidak enak kepada Do-bin. Do-bin lalu bertanya apakah cinta sepihak Kae-in dulu adalah Jin-ho. Kae-in dengan tidak enak membenarkannya (hehe...).
“Kamu benaran sangat beruntung. Karena cinta sepihak seperti yang saya rasakan sangat sulit” kata Do-bin.
Kae-in sedikt tersenyum dan mengucapkan terma kasih kepada Do-bin. Do-bin berkata kalau Kae-in benaran ingin mengucapkan terima kasih maka ia harus sering datang dan menemaninya makan. Kae-in tersnyum lebar dan bersedia memenuhinya.

Selesai dari tempat Do-bin, Kae-in menerima telepon dari seseorang. Ternyata orang tersebut memberitahu Kae-in kalau Kae-in diterima bekerja di perusahannya sebagai desainer. Ia minta maaf Karena dulu pernah menolak Kae-in. Tapi sekarang setelah melihat racancangan Kae-in, Ia menganggap desain Kae-in cocok dengan perusahaannya. Tentu saja Kae-in kaget dan senang mendengar kabar tersebut. Ia segera menelpon Jin-ho dan memintanya untuk langsung pulang nanti karena ada berita bagus yang ia ingin ia sampaikan.

Kae-in bertemu dengan You-soon. Kae-in bertanya kenapa mereka harus bertemu di depan bank bukan dirumah saja. Young-soon berkata kalau Kae-in baru saja tanda tangan kontrak jadi Kae-in harus mulai mengatur keuangannya karena sebentar lagi ia akan menikah dengan Jin-ho. Kae-in merasa itu tidak perlu karena ia belum mendapat uang kontrak itu dan ibu Jin-ho juga belum merestuinya. Tapi Young-soon tetap memaksa. Akhirnya mereka menemui konsultan keuangan bank tersebut. Kae-in mulai cerita tentang keuangannya. Sementara Young-soon terlihat sibuk degan hpnya. Young-soon lalu bilang kenapa Sang-joon lama sekali. Kae-in kaget mendengarnya. Young-soon menjelaskan dengan singkat kalau ia juga berjanji bertemu Sang-joon di bank itu. Kae-in tak mengerti. Young-soon berkata kalau bukan ia siapa lagi yang akan mengurus Sang-joon itu. Kae-in makin tak mengerti tapi meliat Young-soon sibuk ia tak menanyakan lebih lanjut. Young-soon menelpon Sang-joon dan bertanya di mana ia.
“Apa! kalian sudah mau diusir” kata Young-soon kaget mendengar penjelasan Sang-joon di sebrang telepon.
Kae-in sendiri kaget dan tak mengerti mendengarnya.

Kae-in dan Young-soon kemudian bertemu dengan Sang-joon. Kali ini Kae-in terlihat khawatir (mungkin sudah tau masalahnya). Sang-joon berkata kalau mereka sudah menemukan kanor sementara yang kecil. Ia juga bercerita sebenarnya mereka ingin menyewa tempat yang lebih baik tapi uang mereka tak cukup. Kae-in merasa khawatir sekaligus kesal karena Jin-ho tak pernah memberitahukan permasalahan itu kepadanya padahal Jin-ho selalu menjadi orang pertama yang ia beritahu jika ada sesuatu. Sang-joon menyuruh Kae-in mengerti karena memang seperti itulah sifat Jin-ho. Kae-in kemudian ingin menawarkan bantuan. Tapi Young-soon buru-buru memotongnya dan berkata kalau ia ingin bicara sesuatu dengan Kae-in terlebih dahulu. Young-soon lalu menyeret Kae-in menjauh. Ia memperingatkan Kae-in agar tidak selalu ikut permasalahan orang lain, lagi pula Kae-in belum menikah dengan Jin-ho jadi tak perlu memperdulikan permasalahan Jin-ho. Kae-in berkata kenapa tidak. Young-soon memperingatkan kalau Jin-ho belum tentu jadi suami Kae-in jadi Kae-in tak perlu mengeluarkan uang untuk membantu Jin-ho. Kae-in kesal karean tadi Young-soon mengajaknya ke bank karena ia akan menikah dengan Jin-ho tapi sekarang berkata lain. Young-soon bingung menjawabnya. Kae-in tetap ingin membantu Jin-ho tak peduli nanti hubungan ia dan Jin-ho bagaimana karena ia tidak bisa membantu dengan otaknya.

Malam harinya di Sang Go Jae Kae-in dan Jin-ho makan malam dan minum anggur bersama. Jin-ho bertanya sebenarnya ada hal baik apa yang ingin Kae-in sampaikan kepadanya. Kae-in berkata dulu Jin-ho suka meremehkan desainnya tapi sekarang desainya telah diakui oleh perusahaan Dongre dan ia akan menjadi desainer disana. Jin-ho berkata bukankah itu perusahaan yang pernah menolak Kae-in. Kae-in membenarkan, dan bercerita kalau perusahaan tersebut berubah pikiran dan ingin menggunakan desain furniturenya. Jin-ho sedikit ragu. Kae-in jadi kesal. Jin-ho berkata aneh saja perusahaan besar seperti perusahaan Dongre tiba-tiba mau memperkerjakan Kae-in. Kae-in bercerita kalau perusahaan tersebut berkata telah mempertimbangkan lama sebelum memutuskan menerimanya dan sekarang ia hanya tinggal menunggu tanda tangan kontrak saja. Jin-ho lalu akhinya memberi selamat pada Kae-in.

Kae-in lalu berkata kalau ia sudah tanda tangan kontrak dan mendapat uang dari kontrak tersebut apakah Jin-ho mau menerima pinjaman darinya.
“Apa?” kata Jin-ho kaget.
“Aku akan meminjamkannya dengan bunga paling rendah kepadamu” kata Kae-in.
“Jadi kamu sekarang tehadap kekasihpun ingin berpiutangkah? Kamu seharusnya dapat membedakan urusan pribadi dan umum” kata Jin-ho
“Aku bisa membedaan urusan pribadi dan umum. Aku akan meminjamkan dengan bunga rendah jadi kamu terima sajalah” kata Kae-in memaksa.
“Saya tidak membutuhkan pinjaman uang” kata Jin-ho.
“Pokoknya kamu gunakan saja. Lagian saya belum mau menggunakannya” kata Kae-in
Jin-ho menyarankan agar Kae-in membayar hutangnya yang dulu saja. Kae-in berkata kalau uang itu akan masih sisa banyak walaupun ia telah membayar hutangnya. Kae-in terus memaksa Jin-ho, ia beralasan jika ditabung pun bunganya kecil. Jin-ho mulai curiga, ia bertanya kenapa Kae-in ngotot ingin meminjaminya uang kepadanya. Kae-in jadi bingung bagaimna menjawabnya.
“Karena invertasi" kata Kae-in tiba-tiba.
"Kalau kamu memenangkan tender musium nanti bukankan kamu akan mendapat uang banyak” kata Kae-in pura-pura.
“Itu tidak ada jaminan kalau kami pasti menang” kata Jin-ho.
“Saya percaya kamu bisa, jadi saya akan menjadi investor yang percaya saja” kata Kae-in tetap memaksa.
Jin-ho akhirnya mengalihkan pembicaraan dan berkata mereka minum saja untuk merayakan keberhasilan Kae-in.

Young-soon menelpon Kae-in dan memberitahu kalau ia kembali kerumahnya karena sudah baikan dengan suaminya. Jin-ho terlihat senang mendengarnya dari dalam kamar. Di telepon Young-soon menggoda Kae-in karena Jin-ho sekarang bisa tinggal bersama Kae-in lagi. Kae-in mengelak dan berkata Jin-ho tidak akan tinggal disana. Kae-in kemudian memanggil Jin-ho dan bertanya apa Jin-ho tak mau pulang. Jin-ho panik dan segerat berlari kekasurnya untuk kemudian pura-pura telah tidur. Kae-in membuka kamar Jin-ho dan melihatnya telah tidur. Kae-in sebenarnya curiga tapi akhirnya membiarkannya. Jin-ho bangung setelah Kae-in pergi. “Jeon Jin ho, kamu ini benar-benar!!” gumam Jin-ho heran dengan tingkah lakunya.

Kae-in kembali kekamarnya, ia kesal karena sebenarnya ia masih mau main dengan Jin-ho sebelum menyuruhnya pulang. Kae-in dan Jin-ho sama-sama tidak bisa tidur (memikirkan kalau mereka hanya berdua di rumah itu..hehe).

Jin-ho keluar kamar. Kae-in mendengarnya dan segera keluar. Kae-in bertanya bukankah Jin-ho jago minum tapi mengapa baru minum beberapa gelas sudah mabuk dan tertidur. Jin-ho tak menanggapinya. Kae-in kemudian berkata kalau Jin-ho sudah sadar sebaiknya ia pulang kerumah saja. Jin-ho berkata kalau hari ini badannya terasa aneh jadi ia mau tinggal sebentar lagi sampai mabuknya hilang. Kae-in merasa tidak enak, akhirnya ia mengijinkan Jin-ho tetap tinggal. Kae-in dan Jin-ho kemudian melihat foto-foto masa kecil Kae-in. Kae-in sebenarnya malu tapi Jin-ho tetap memaksa. Ia tertawa melihat foto-foto itu. Jin-ho lalu bertanya kenapa tidak ada foto ibu Kae-in di album foto itu. Kae-in bercerita dengan sedikit sedih kalau dulu rumahnya pernah terbakar jadi banyak foto ibunya yang tak terselamatkan dan kalaupun ada yang selamat ayahnya telah menyimpannya. Jin-ho jadi tidak enak, ia kemudian merangkul pundak Kae-in. Kae-in meminta Jin-ho agar tidak keras kepala lagi kepada ibunya. Karena ia akan sabar menunggu sampai ibu Jin-ho membuka hatinya untuknya dan merestui mereka. Jin-ho mengangguk. Kae-in kemudian menyuruh Jin-ho pulang saja karena pasti ibu Jin-ho sudah khawatir. Jin-ho tetap mengelak ia berkata kalau ia masih mabuk dan kalau berkendara dalam keadaan mabuk pasti akan ditangkap polisi. Kae-in mengerti dan membiarkan Jin-ho tetap tinggal disana lagi. Kae-in lalu tanya apa yang mau mereka lakukan sekarang.

Mereka akhirnya menonton tv bersama. Acaranya promosi produk jadi membosankan. Kae-in berkata kalau ia tadi tidak bisa tidur karena kecapekan setelah seharian memasak (klo capek biasanya lelap tuh bobonya). Jin-ho juga berkata kalau kepalanya masih pusing karena mabuk jadi tidak bisa tidur.
Jin-ho kemudian mengambil remote dan berkata kalau sebaiknya mereka melihat yang lain saja. Tapi karena sudah malam, acaranya ya yang seperti itu.. hehe..
Kae-in dan Jin-ho jadi salting. Jin-ho akhirnya mematikan tv dan berkata kalau sebaiknya mereka tidur saja. Kae-in pun pura-pura sudah mengantuk. Dan mereka pun kembali kekamar masing-masing.

Jin-ho stress, ia teringat saat insiden kontak lens dulu saat ia mellihat Kae-in yang hanya mengenakan handuk saja. Kae-in pun juga demikian ia teringat saat ia tidak sengaja melihat Jin-ho tanpa pakaian di kamar mandi dulu. Jin-ho mencoba mengalihakan pikirannya dengan membaca tapi tak bisa. Jin-ho putus asa dan memukul-mukul kepalanya dimeja. Kae-in pun demikian ia tiba-tiba merasakan gerah dikamarnya. Jin-ho dan Kae-in bersamaan keluar untuk mengambil minum. Mereka jadi salting. Jin-ho berkata kalau ia sudah tidak mabuk dan mau pergi. Kae-in dengan kaku mempersilahkannya.

Jin-ho kembali kekantornya. Ia tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi. ia lalu mengeluarkan hadiah miniatur apel yang dulu pernah dikasih Kae-in dan meletakkannya di sebelah miniatur meja kursi pemberian Kae-in dulu.

Paginya Jin-ho bekerja sambil memperhatikan miniatur apelnya. Tiba-tiba Sang-joon datang, ia menggoda Jin-ho yang akan menikah dengan orang hebat, selain anak dari arsitek terkenal juga seseorang yang memiliki masa depan yang cerah. Jin-ho tanya apa maksud pembicaran Sang-joon. Sang-joon menjelaskan kalau ia kemarin bertemu dangen Kae-in dan telah mendengar tentang kontrak yang didapat Kae-in dari perusahaan Dongre. Ia juga bercerita kalau Kae-in kemungkinan akan meminjamkan uang kontrak itu. Tapi jin-ho berkata kalau itu tak akan terjadi, dan sebaiknya Sang-joon mengerjakan tugasnya saja. Sang-joon kesal dengan sikap Jin-ho, ia berkata kalau akan tetap menerima pinjaman itu. Sang-joon pergi sambil berkata kalau ia akan menelpon perusahaan Dongre dan mencari tahu berapa nilai kontrak Kae-in. Namun beberapa saat kemudian Sang-joon datang dengan muka murung ia berkata kalau perusahaan Dongre adalah perusahaan yang sedang beerja sama dengan perusahaan Chang-ryul. Jadi dengan kata lain chang-ryul lah yang membuat Kae-in bisa diterima diperusahaan itu. Jin-ho kesal mendengarnya dan segera pergi untuk menemui Chang-ryul.

Jin-ho dan Chang-ryul bertemu di bawah jembatan. Jin Ho bertanya apa maksud Chang-ryul, bukankah di pulau Jeju dulu chang-ryul berkata akan melepaskan Kae-in.
“Apakah karena merasa bersalah, sehingga kau membantunya diam-diam?” tanya Jin-ho.
“Kamu tidak usah mengalihkan topik lagi. Lebih baik kamu katakan intinya saja” kata Chang-ryul dingin.
“Perusahaan Dongre” kata Jin-ho.
Chang-ryul tertawa dan berkata “Kamu memang Jeon Jin-ho yang hebat. Berita seperti ini pun kau cepat mengetahuinya” kata Chang-ryul.
“Kamu dalang dibelakang ini kan? Apa maksud kamu sebenarnya?” tanya Jin-ho.
“Kamu seharusnya memikirkan masalahmu sendiri. Tempat kerja pun kamu sekarang tidak ada kan?” kata Chang-ryul.
Jin-ho terlihat kaget Chang-ryul mengetahui permasalahannya.
“Ah.. ternyata kamu masih belum tahu siapa pemilik baru gedung itu” kata Chang Ryul.
Jin ho mengerti sekarang dengan menahan kesal Jin-ho bertanya bukankah waktu itu Chang-ryul berkata tidak akan main kotor lagi. Chang Ryul berkata, itu akan ia lakukan jika Jin-ho juga bermain dengan adil. Jin ho tak mengerti maksud Chang Ryul.
“Apa kau berbuat begini untuk memisahkan kami lagi? Aku akan melarangnya menandatangi kontrak itu” kata Jin-ho.
“Aku akan menunggunya pelan-pelan ia kembali kesisiku. Lagipula jika kau melakukan itu, kau hanya akan menghancurkan hati Kae-in. Ini adalah pertama kalinya desain Kae-in diterima, jadi apakah kau akan tetap menghalanginya? Jeon Jin-ho kamu tahukah mengapa saya ingin mengejar kembali Ka-in? Itu karena kamu tidak bisa melakukan apapun untuknya” kata Chang-ryul sambil menepuk-nepuk pundak Jin-ho. Jin-ho kesal dan menghempaskan tangan Chang-ryul itu sambil berkata “Bocah hina”.
“Hina?” kata Chang-ryul kemudian tersenyum.
“Sebenarnya siapa yang hina? Kamu sendirilah yang paling tahu” kata Chang-ryul lagi.
“Saya memangnya sudah melakukan apa?” tanya Jin-ho.
"Kamu tanyakan diri kamu sendiri saja” kata Chang-ryul kemudian pergi dari sana.
“Aku tidak akan membiarkanmu memperalat Kae-in lagi. Tak peduli bagaimanapun caranya” gumam Chang-ryul sendiri.

Kae-in sedang mendapat telepon saat Jin-ho datang menemuinya. Setelah selesai telepon, Kae-in ingin mentraktir Jin-ho makan siang karena ia telah mendapat uang banyak.
“Kelihatannya, telepon tadi membuat kamu sangat senang?” tanya Jin-ho
“Ya. Mulai minggu depan aku sudah bisa bekerja di perusahaan Dongre. Tak sangka saat pekerjaan disini belum selesai sudah mendapat pekerjaan lain" kata Kae-in senang.
“Masalah perusahaan dongre” kata Jin-ho ingin mencoba mengungkapkan kebenaran.
“Kenapa apakah kau terlalu cemas? Mereka sudah mengatakan akan tanda tangan kontrak denganku” kata Kae-in.
“Walapun demikian seharusnya kau memikirkan...” kata Jin-ho.
Kae-in memotong dan berkata “Tidak perlu khawatir. Mereka suka dengan desain saya” kata Kae-in semangat.
“Dulu saya tidak pernah bisa membanggakan kemampuan saya didepan ayah saya, tapi kali ini saya bisa. Saya sangat senang karenanaya” kata Kae-in. Jin-ho terlihat bingung bagaimna mengatakan yang sebenarnya.
“Sebagai desainer yang memiliki karya sendiri, kamu pasti tahu bagaimna membanggakannya ini. Ini adalah pertama kalinya saya bisa melakukan hal yang dapat diakui oleh ayah" kata Kae-in senang.
Jin ho akhirnya tidak tega membuat hati Kae-in kecewa ia hanya bisa memberi semangat Kae-in untuk bekerja saja.

Jin Ho merenung di kantornya. Tiba-tiba Sang-joon datang bersama seorang tamu. Ternyata tamu itu adalah kontraktor dari proyek Jin-ho yang dulu. Ia datang karena mendengar permasalahan yang dihadapi perusahaan Jin-ho. Sang-joon berterima kasih atas perhatian kontrkator itu. Kontraktor itu tanya apa keadaan Jin-ho baik-baik saja. Jin-ho berkata kalau mereka masih bisa mengatasi. Tiba-tiba kontraktor itu mengenali gambar di belakang Jin-ho.
“Bukankah itu Sang Go Jae?” kata sang kontaktor.
“Ya. Apakah kau tahu tentang Sang Go Jae” tanya Jin-ho.
“Anda bagaimana bisa mengetahuinya?” tanya Sang-joon.
“Tentu saya mengenali Sang Go-jae. Dulu saya pernah ikut membangunnya” kata Sang kontraktor.
“Benarkah?” kata Jin-ho penasaran.
“Saat itu saya masih pemula jadi hanya bisa bantu-bantu saja. Tapi bagaimanapun itu adalah karya pertama saya jadi saya ingat betul” kata sang Kontraktor.
“Kalau begitu anda sangat memahami Sang Go Jae?” tanya Sang-joon.
“Ya bisa dikatakan demikian” kata Sang kotraktor.
“Kalau begitu apakah anda masih ingat dalam pembangunannya ada kesulitan atau tempat yang unik kah?” selidik Jin-ho

Jin Ho langsung ke Sang Go Jae. ia teringat perkataan sang kotraktor kalau ia pernah membuat ruang bawah tanah di Sang Go-jae. Jin-ho melihat sekeliling Sang Go-jae dan berhasil menemukan ruang bawah tanah itu di gudang dapur. Jin turun ke bawah yang ternyara adalah sebuah ruang kerja kuno . Jin-ho kemudian menemukan sebuah foto.

Jin-ho sedang membersih barang-barang ruang bawah saat Kae-in datang. Kae-in sangat senang melihat Jin-ho yang pulang ke Sang Go-jae dan sedang bersih-bersih.
“Kau memang pria cantik. Mau kucium?” kata Kae-in menggoda.
Tentu saja Jin-ho menolaknya. Lalu ia dengan semangat mengatakan kalau ia baru saja menemukan foto ibu Kae-in. Kae-in kaget mendengarnya. Jin-ho kemudian menunjukan ruang bawah tanah itu pada Kae-in.
Jin-ho menjelaskan ruang itu mungkin adalah ruang kerja ibu Kae-in dulu. Kae-in keheranan melihat ruang yang tak penah ia lihat itu. Jin-ho juga bercerita kalau kontraktor Sang Go Jae dulu berkata, kalau dulu ada kaca besar di atas ruang itu agar bisa memasukan cahaya saat cuaca cerah. Jin Ho naik ke atas meja dan menyinkirkan beberapa kayu diatas mereka. Sinar mentari masuk mengenai wajah Kae in.

Jin-ho masih menjelaskan mungkin saat itu ibu Kae-in bekerja sambil mengawasi Kae-in yang bermain di atasnya. Kae-in sendiri mulai teringat masa lalunya. ia ingat saat itu ia bermain diatas atap kaca itu, dan ibunya bekerja di bawah sambil tetap mengawasinya.

Jin Ho berkata desain ruangan seperti itu sangat unik di Korea. Kae-in masih melihat keatas, ingatannya kembali saat tiba-tiba kaca itu pecah.
“A....” teriak Kae-in ketakutan sambil menutup telinganya. Kae in pingsan dalam pelukan Jin ho.
”Kae-in, kamu kenapa? Kae-in ah... Park Kae-in” teriak Jin-ho.

0 comments:

Post a Comment