Sinopsis Personal Taste - Episode 8

Written by Yui Shinji 0 comments Posted in:

Jin-ho mengemudikan mobilnya dengan gila-gilaan. Ia teringat kejadian saat pengakuan tadi ternyata ada Kae-in yang mendengarkan. Sementara itu saat Kae-in kembali kedalam bertemu Chang-ryul dan menamparnya, saaat itu In-hae melihatnya dan merasa kesal. Tapi saat In-hae tahu Kae-in marah karena Jin-ho, ia jadi kaget karen Jin-ho mengakui bahwa dia gay di depan Chang-ryul. Chang-ryul kesal pada Kae-in ia memberitahu kalau Jin-ho itu gay dan memanfaatkannya untuk mendekati Do-bin sehingga memenangkan tander museum. Kae-in tak percaya dengan penjelasan Chang-ryul, ia berkata kalau Jin-ho bukan orang yang bisa menggunakan cinta untuk bisnis. Chang-ryul curiga bagaiman bisa Kae-in tahu banyak tentang Jin-ho. Kae-in tak mau menjelasakan dan pergi dari sana. Chang-ryul semakin kesal, In-hae mendekatinya dan bertanya sebenaranya ada apa. Chang-ryul berkata kalau Jin-ho memanfaatkan kekurangannya untuk mendekati Do-bin sehingga bisa memenangkan tander musem. Kae-in sangat khawatir dengan keadaan Jin-ho, ia mencoba menelepon Jin-ho tapi tak diangkat. Kae-in lalu meninggalkan sebuah pesan untuk Jin-ho.


Jin-ho berhenti di pinggir sungai setelah mendengar pesan dari Kae-in. Kae-in menyuruhnya berhenti jika pikirannya masih kacau karena mengemudi dalam keadaan seperti itu tak ada gunannya dan bisa mengakibatkan kecelakaan. Ia juga menyuruh Jin-ho mengambil nafas untuk meredakan emosinya. Jin-ho kembali tersenyum setelah mengingat pesan Kae-in itu. Ia kemudian mendapat pesan yang mengingatkan Jin-ho bahwa hari itu adalah hari peringatan meninggalnya ayahnya.


Jin-ho pulang kerumahnya dan bersiap melakukan upacara peringatan. Sang-joon yang juga datang untuk upacara itu merasa heran dengan keadaan Jin-ho. Ia bertanya apa Jin-ho sedang memikirkan proyek museum atau masalah gay nya. Ia mendekati Jin-ho dengan gerakan aneh dan terlihat oleh Hye-mi. Hye-mi merasa kedakatan Sang-joon dan Jin-ho aneh seperti pasangan gay. Tapi kemudian ibu Jin-ho datang meminta bantuan Hye-mi. Setelah Hye-mi pergi. Sang-joon bertanya pada Jin-ho apa benar ia mencintai Jin-ho dan tidak tertarik dengan wanita. Jin-ho tak mau menanggapinya dan dengan dingin menyuruh Sang-joon keluar dari kamarnya saja. Jin-ho dan keluarganya kemudian melakukan upacara peringatan kematian ayahnya.


Di rumah Kae-in, Kae-in sedang bercerita pada Young-soon tentang kejadian tadi siang. Young-soon kaget dan tidak menyangka Jin-ho seberani itu melakukan pengakuan di depan Chang-ryul. Kae-in berkata kalau ia khawatir dengan keadaan Jin-ho sekarang. Ia juga bercerita kalau tadi siang ia juga menampar Chang-ryul. Young-soon tambah kaget tak menyangka Kae-in berbuat begitu. Kae-in beralasan kalau ia sangat marah ketika Chang-ryul mengatai Jin-ho kotor. Young-soon semakin heran, ia merasa Kae-in punya perasaan tertentu sama Jin-ho. Kae-in berkata kalau Young-soon jangan berpikiran yang aneh-aneh karena ia dan Jin-ho hanya bersahabat.

Jin-ho pergi ke warung soju dengan Sang-joo. Ia minum banyak disana. Sang-joon heran dan bertanya ada masalah apa. Jin-ho bertanya apa sebaiknaya mereka menyerah terhadap tander museum kali ini. Sang-joon berkata bagaiman bisa menyerah kalau memang tidak ada kesempatan lagi (Sang-joon belum taahu kalau Do-bin sudah mengusahakan agar semua orang bisa ikut tander). Jin-ho lalu teringat Do-bin yang ada di kejadian tadi siang dan minum-minum lagi.

Kae-in sedang menunggu Jin-ho pulang di teras, tapi saat Jin-ho datang ia berasalan tidak bisa tidur. Karena melihat Jin-ho habis minum, Kae-in menyuruh Jin-ho langsung tidur saja. Jin-ho menurut tapi saat akan mau masuk ke kamar tiba-tiba Kae-in bertanya bagaiman keadaan Jin-ho setelah kejadian tadi siang. Jin-ho diam, Kae-in minta maaf dan menyuruh Jin-ho masuk saja. Tapi Jin-ho malah ikut duduk di teras bersama Kae-in. Jin-ho kemudian bercerita kalau saat itu ia melihat Do-bin dengan mata sedih sehingga ia tidak bisa bilang tidak pada Chang-ryul. Jin-ho juga berakata kalau ia juga tidak tahu apakah ia memanfaatkan itu untuk menang dari Chang-ryul atau memang karena Do-bin. Kae-in berkata kalau itu pasti karena Do-bin. Jin-ho bertanya bagaiman Kae-in bisa begitu yakin kepadanya. Kae-in berkata karena mereka adalah teman jadi harus saling percaya. Jin-ho memperinagtkan agar Kae-in tidak mudah percaya pada orang lain. Kae-in berkata kalau ia tidak tolol dan bisa menilai Jin-ho sesungguhnya bagaimana. Jin-ho jadi tidak enak, ia lalu mau mengatakan yang sebenarnnya. Tapi Kae-in berkata kalau sudah malam dan sebaiknya Jin-ho pergi tidur saja (Gagal lagi deh..).


Kae-in kembali ke ruang kerjanya. Jin-ho melihat Kae-in kesulitan, ia lalu menghampirinya dan mau membantunya. Kae-in lalu mendapat ide bagamna kalau mereka berdua bekerja sama saja memebentukusaha sampingan. Jin-ho berkata kalau ia tidak tertarik dengan ide itu. Kae-in memelas dan berkata apa Jin-ho sedang meremehkan kemampuannya. Jin-ho dengan tegas berkata “Ya”. Kae-in jadi sedikit kesal. Jin-ho berkata kalau Kae-in tak punya uang bisa kembali lagi sama Chang-ryul dan bisa minta dibelikan sesuatu. Kae-in berkata itu tak mungkin karena ini masalah harga dirinnya sekarang. Jin-ho bertanya apa Kae-in tahu apa maksud harga diri itu. Kae-in kesal ia lalu mengambil gergajinya, Jin-ho jadi ketakutan ia teringat saat pertama kalli tinggal di Sang Go-jae, Kae-in menakutinya dengan gergaji. Kae-in semakin jail, ia mengangkat gergajinya lagi dan bertanya apa ia msih tidak punya harga diri. Karena ketakutan Jin-ho akhirnya menyerah dan bilang kalau harga diri Kae-in sangat kuat.


Pagi hari Kae-in tidak seperti biasanya ia berdandan dan memakai lipstik. Kae-in berangkat kerja bersama Jin-ho. Kae-in bertanay aap Jin-ho tidak merasa ada sesuatu yang berbeda dnegan dirinya. Jin-ho berkata tidak ada dan tanya memangnya ada yang beda. Kae-in berkata kalau hari ini dia memakai topi dan lipstik. Jin-ho tersenyum mendengarnya. Kae-in tiba-tiba meminta di turunkan di pemberhentian bus segera karean bus yang akan ia gunakan sudah tiba. Jin-ho menurutinya. Kae-in turun dan berlari mengejar bus agar bisa naik. Jin-ho tersenyum melihatnya. Setelah bus berhenti Kae-in langsung naik dan mengambil tempat duduk dekat jendela. Jin-ho tersenyum lagi saat melihat Kae-in melambaikan tangannya dari bus untuknya sat ia akan pergi.



Saat sampai di tempat kerjanya, Kae-in sudah ditunggu oleh Chang-ryul. Kae-in menghindar, tapi Chang-ryul memaksa untuk bicara berdua. Mereka lalu pergi ke sebuah restoran. Chang-ryul berkata kalau Kae-in sekarang benar-benar telah berubah. Kae-in hanya diam. Chang-ryul lalu berkata kalau ia ingin kembali menjalin hubungan dengan Kae-in. Kae-in kaget dan tak percaya mendengar perkataan Chang-ryul. Chang-ryul berkata kalau ia tahu persaaan Kae-in padanya saat ini dan ia berkata kalau ia akan sabar menunggu samapi Kae-in mau kembali kepadanya. Kae-in dengan dingin berkata agar Chang-ryul jangan bertindak sembarangan terhadapnya lagi. Chang-ryul berkata kalau ia sudah memikirkan hal itu, ia juga berkata kalau ia baru sadar kalau Kae-in baik saat Kae-in bersedia menemainya bertemu ibunya. Kae-in tak tahan dan pergi dari sana.


Dikantor M, Sang-joon berteriak terkejut karena mendapat email pemberitahuan bahwa gedung Maiseu telah mengurangi persyaratan peserta tander. Emua pekerja pun terkejut dan senang mendengarnya karena itu berarti perusahaan mereka ada kesempatan lagi. Mereka lalu berlari keruang Jin-ho untuk memberitahunya. Tapi Jin-ho hanya tenang-tenang saja dan menyuruh mereka kerja yang benar dan jangan terlalu senang.

Di tempat lain ayah Chang-ryul yang juga mendengar kabar itu terlihat kesal sekali. Ia minta penjelasan dari gedung Maiseu, dan merek berkata kalau direktur Choi (Ayah Do-bin) tak bisa menolak lagi keinginan anaknya. Ayah Chang-ryul semakin kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa. Chang-ryul berkata apa mungkin karena kedekatan Jin-ho dengan Do-bin sehingga terjadi keputusana seperti itu. Ayah Chang-ryul kesal dan meminta Chang-ryul lebih waspada. Setelah Chang-ryul pergi, ayah Chang-ryul berfikir kalau Jin-ho bisa menggunakan cara khusus maka ia juga kan menggunakan cara khusus. Chang-ryul menemui seorang dedektif, ia minta dedektif itu menyelidiki tentang Jin-ho.

Sang-joon terkejut mendengar Young-soon. Young-soon juga terkejut bagaimana bisa Sang-joon tidak mengetahui kejadian itu dan bertanya apa ia takut Jin-ho direbut Do-bin. Sang-joon berpura-pura sedih. Young-soon berkata agar Sang-joon jangan bersikap seperti itu, karena dai Kae-in ia juga tahu bahwa Sang-joon selingkuh dengan Tae-hoon. Sang-joon terkejut dan mau menjelasakan. Tapi Young-soon terus bicara ia merasa hubungan pria dan perempuan sudah rumit tapi ternyata hubungan pria dan pria lebuh rumit lagi. Sang-joon lalu buru-buru pamit pergi dari sana.

Sang-joon lalu menemui Jin-ho. Ia bertanya bagaiman bisa Jin-ho melakukan pengakuan didepan Chang-ryul tentang hubungannya dengan Do-bin. Jin-ho yang tengah bersiap pergi terkejut dan bertanya Sang-joon mendengar itu dari mana. Sang-joon berkata dari Young-soon. Jin-ho kesal karena Sang-joon terus berhubungan dengan Young-soon (berpura-pura seperti kakak adik). Sang-joon berkata bukan itu permsalahannya sekarang. Jin-ho lalu berkata kalau ia ingin pergi ke gedung Meiseu. Sang-joon tambah panik ia merasa Jin-ho akan mengatakan yang sebenaranya pada Do-bin kalau ia bukan gay. Dan benara Jin-ho memang mau melakukan itu. Sang-joon memaksa agar Jin-ho jangan melakukan itu demi perusahaannnya ia minta Jin-ho minta maaf saja pada Do-bin.

Jin-ho menemui Do-bin di gedung Meiseu. Do-bin menyambut ramah Jin-ho, ia juga berkata kalau Jin-ho datang untuk mengucapkan terima kasih karena ia telah membuka kesempatan lagi untuk perusahaan Jin-ho, itu tidak perlu. Jin-ho dengan perasaan sedikit muram berkata kalau ia sangat berterima kasih kepada Do-bin tapi ia juga tidak dapat membalas peraasaan Do-bin kepadanya. Do-bin telihat kecewa. Jin-ho juga berkata kalau ia tidak ingin Do-bin berfikir kalau ia memanfaatkan kedekatannya dengan Do-bin untuk memenangkan tander museum. Do-bin bertanya apa ia juga jenis orang yang mencampurkan perasaan dengan pekerjaan. Jin-ho jadi tedak enak. Do-bin lalu mengalihkan pemmbicaraan dengan mencoba mengaja Jin-ho pergi macing lain kali. Tapi Jin-ho masih terlihat muram. Do-bin lalu berkata kalau ia menyesal karena ia masih ada janji lain. Jin-ho berkata kalau ia merasa berhutang dan berjanji akan bekerja lebih keras untuk membayarnya. Do-bin berkata kalau hal itulah yang ia ingin dengar dan Jin-ho pun pamit pamit pergi.


Di luar Jin-ho bertemu In-hae. In-hae mengucapkan selamat pada Jin-ho dan menagih janji Jin-ho untuk mentraktirnya makan. Mereka pun akhirnya pergi makan di sebuah restoran. Disana In-hae berkata kalau kemarin Kae-in menampar Chang-ryul hanay demi membela Jin-ho di depan Chang-ryul. ia merasa Kae-in mempunyai perasaan khusu kepada Jin-ho. Jin-ho keget mendengarnya, ia juga mulai tak tertarik dengan perkataan In-hae. In-hae berkata kalau ia tidak menyangka kalau Do-bin adalah gay karena selam bekerja di sana ia tidak melihat tanda-tanda itu. Jin-ho kesal ia minta maaf karena ia tidak tertarik mendengarnya dan mau pergi saja. Sebelum Jin-ho pergi, In-hae bertanya apakah Jin-ho benara-benar memanfaatkan Do-bin karena ia yakin Jin-ho bukan seorang gay. Jin-ho tak tertarik membalasnya dan pamit pergi dari sana.


Kae-in keget saat seseorang memanggilnya dan berkata kalau ia adalah ayah Chang-ryul. Kae-in dan ayah Chang-ryul lalu bebicar disebuah restoran. Disana Ayah Chang-ryul berkata kalau ia sengaja menunggu di depan Sang Go-jae karena ia takut kae-in tak mau menemuinya. Ia juga berkata kalau ia minta maaf atas kelakuan anaknya. Kae-in berkata kalau itu sudah masa lalu. Ayah Chang-ryul lalu berkata kalau ia tahu Kae-in adalah anak Prof. Park, ia tentu tidak akan membiarkan keadaan menjadi seperti sekaranng ini. Kae-in kaget mendengarnya. Ayah Chang-ryul terus mengoceh jika ia tahu sejak dulu tentu ia akan merasa terhotmat menajdi besan Prof. Park arsitek terkenal Korea. Setiba di rumah Kae-in merasa kesal sekali dengan perkataan ayah Chang-ryul dan juga pada Chang-ryul. Kae-in merasa Chang-ryul ingin kemabali kepadanya karena ia telah tahu ia putri siapa. Tiba-tiba Young-soon datang ke Sang Go-jae ia memberi kabar alau furniture – furniture Kae-in yang ada ditokonya telah laku semua, Kae-in kaget dan senang mendengarnya. Tapi kemudia nYoung-soon memberitahu kalau yang membelinya adalah Chang-ryul. Kae-in semakin kesal ia merasa semakin terhina dengan kejadian itu.


Jin-ho baru saja tiba saat mendengar suara barang jatuh di ruang kerja Kae-in. Ia seger menuju kesana. Ternyata Kae-in sedang kesal hingga tak konsentrasi bekerja dan membuat tanyanya luka. Jin-ho langsung mau menolong, tapi Kae-iin menolak dan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan lukanya sendiri. Jin-ho menyusul ke kamar mandi dan bertany sebenarnya ada apa. Kae-in hanya diam. Jin-ho lalu berkata kalau Kae-in punya kebiasaan buruk menyakiti diri sendiri. Ia juga berkata walapun hati sedang kesal seharusnya kae-in tidak menyakiti diri sendiri. “Karena aku bodoh. Dan Karena ayakku semua orang baru tunduk padaku” kata Kae-in akhirnya.


Keesokan harinya. Kae-in bertemu Chang-ryul sambil menahan perasaan kesal. Chang-ryul sendiri merasa sangat senang karean Kae-in mengajaknya bertemu. Kae-in lanngsung menanyakan apa tujuan Chang-ryul membeli semua furniturenya. Chang-ryul berkata kalau ia mnedengar tentang masalah furnitur itu. Kae-in semakin curiga tapi ia juga mengucapka terima kasih. Chang-ryul berkata kalau itu tidak perlu karena itu bantuan itu tak berarti baginya, lagi pula ia ingin menggunkan furniture itu untuk proyeknya. Kae-in hanya diam saja. Channg-ryul berkata apa Kae-in tidak percaya dengan ketulusan hatinya. Kae-in lalu bertanya apa Chang-ryul serius ingin kembali dengannya. Chang-ryul kaget dan senang mendengarnya.


Jin-ho heran karena Kae-in pagi-pagi sudah bertindak aneh (sedang melakukan jungkir balik). Kae-in berkata kalau ia sedang menata pikirannnya yang kacau. Tiba-tiba Kae-in berkata kalau ia ingin lari. Kae-in berlari mengelilingi sekuat tenaga. Ternyata Kae-in sedang kesal memikirkan Chang-ryul dan ayahnya. Jin-ho melihatnya semakin heran, ia lalu menarik Kae-in agar berhenti berlari karena tubuhnyatak akan mampu melakukan olahraga keras. Ia juga tanya sebenarnya ada hal apa yang terjadi. Kae-in menatap Jin-ho dalam dan berkata kalau ia ingin balas dendam.


Jin-ho lalau pulang buru-buru. Ternyata Kae-in memintanya untuk membantu dia balas dendam pada Chang-ryul dan Jin-ho menolaknya. Kae-in terus memaksa di sepanjang perjalanan kembali ke rumah. Jin-ho sudah tak tahan ia berhenti kemudian memegang tubuh Kae-in seraya berkata kalau Kae-in tak mungkin bisa melakukan balas dendam karena itu sudah jadi fakor genetik pada diri Kae-in. Kae-in berkata kalau ia bisa dan benar-benar ingin menunjukan kepada orang-orang yang menganggapnya rendah bahwa ia juga bisa. Jin-ho lalu bercerita kalau didunia ini ia sangat mnecintai ibunya. Kae-in tak mengerti kenapa tiba-tiba Jin-ho bercerita tentang ibunya. Jin-ho melanjutkan ceritanya bahwa yang paling membuatnya sedih didunia ini juga adalah ibunya. Jin-ho berkata kalau ibunya terlalu rapuh. Kae-in mulai paham tapi ia tetap ingin balas dendam. Jin-ho lalu berkata kalau ibunya juga ingin balas dendam tapi ia tidak bisa melakukannya karena ketika ia melihat orang-orang yang ingin dibalasnya ia akan langsung sedih. Jin-ho lalau berkata kalau ia bisa berteman denngan Kae-in karean Kae-in sama dengan ibunya, jadi Kae-in tak akan bisa balas dendam. Jin-ho lalu pergi pulang, Kae-in mencegah dan tetap memaksa agar Jin-ho membantunya balas dendam sambill menangis di tengah jalan.


Akhirnya Jin-ho mau membantu, Kae-in berjanji ia akan sungguh-sungguh untuk balas dendam pada Chang-ryul. Jin-ho berkata kalau janji Kae-in itu tak akan ada gunanya, yang dibutuhkan ae-in adalah menjadi kuat dan percaya diri. Jin-ho lalu menyuruh Kae-in berlatih agar menjadi lebih percaya diri. Latihan pertama didepan cermin Kae-in gagal. Jin-ho berkata agar Kae-in memiirkan dendamnya agar berhasil. Kae-in mencoba lagi dan mualai berhasil (latihannya mengucapkan “AKU CANTIK” didepan cermin... Jin-ho tersenyum melihat kesungguhan Kae-in.


Kae-in berdandan cantik saat akan latihan kencan dengan Jin-ho dan Jin-ho terpesona melihatnya. Saat akan naik mobil Jin-ho membukakan pintu untuk Kae-in. Kae-in bingung. “Silakan naik tuan putri” kata Jin-ho. Kae-in jadi malu mendengarnya. Jin-ho berkata wanita harus membuat dirinya mulia dan hal yang ia lakukan adalah penghormatan pada yang mulia. Kae-in mengerti, kemudian ia bersikap seperti perkataan Jin-ho.


Jin-ho dan Kae-in pergi menonton film. Jin-ho tanya Kae-in mau menonton apa. Tapi Kae-in berkata terserah Jin-ho saja. Jin-ho kesal, ia lalu memberi pelajaran lagi bahwa setiap wanita harus punya pendirian sendiri tidak tergantung terus pada pasangannya. Jin-ho lalu berkata kalau ia ingin nonton film action, Kae-in dengan tegas berkata kalau ia tidak mau dan mau menonton film komedi saja. Jin-ho kaget tapi kemudian ia tertawa karena Kae-in ternyata mengerti maksud perkataannya tadi.


Lalu tiba-tiba seseorang dari belakang memanggil Jin-ho. Mereka lalu berbalik, Jin-ho telihat kaget melihat Eun Soo adik kelasnya ada di sana. Eun Soo bertanya siapa gadis yang bersama Jin-ho. Jin-ho memeperkenalkan Kae-in pada Eun Soo. Eun Soo lalu bertanya apa Kae-in adalah pacar Jin-ho. Jin-ho berkata bukan, Kae-in langsung berkata bukankah dia adalah pacar Jin-hoo. Jin-ho kaget mendengarnya, Eun Soo malah tertawa mndenagrnya. Mereka lalu ngobrol di sebuah restoran. Kae-in merasa heran karean Eun Soo dan Jin-ho ternyata beda jurusan tapi sangat akrab. Jin-ho tersenyum mendengarnya. Eun Soo menjelaskan kalau mereka berdua sering bertemu di perpusatakaan. Jin-hoo lalu berkata bahwa sekarang Eun Soo sepertinya sudah mulai hidup normal dengan pergi keluar menonton film. Eun-soo berkata kalau ia sudah 3 tahun tidak menoton film, ia juga berkata kalau ia iri dengan Jin-ho yang ternyata sudah hidup normal dengan pergi menonton film bersama pacar pula. Kae-in lalu jadi malu dan berkata sesungguhnya ia bukanlah pacar Jin-ho. Jin-ho berkata kalau Eun Soo adalah orang yang sibuk sehingga tidak ada waktu untuk hal-hal seperti itu. Eun Soo berkata seharusnya Jin-ho berkata yang baik-baik sebagai teman lamanya. Jin-ho berkata kenapa harus. Jin-ho tersenyum dan berkata apakah hubungan mereka bisa disebut teman lama. Eun Soo kaget mendenngarnya dan berkata apakah Jin-ho tak mau menjadi temannya. Melihat suasana jadi kaku ae-in lalu mengalihkan pembicaraan. Eun Soo lalu bertanya bagaiman awalnya Kae-in bertemu Jin-ho. Kae-in tertawa ia berkata alau awal pertemuan mereka sangat unik karena saat itu Jin-ho memegang pantatnya. Jin-ho langsung mencegah Kae-in bercerita lebih lanjut. Eun Soo kaget mendengarnya. Ia lalu pamit mau pergi. Ae-in berkata enapa Jin-ho tidak mengundang Eun Soo makan bersama mereka. Eun Soo berkata tidak perlu karena ia tidak ingin mengganggu Jin-ho. Eun Soo kemudian pamit pulang lagi.


Jin-ho mengantar Eun Soo sampai luar. Di luar Eun Soo berkata kalau ia ingin sekali bertanya pada Jin-ho, apakah Jin-ho menyesal dulu sebelum ia pergi luar negeri Jin-ho tak mau menahannya karena jika saat itu Jin-ho melakuannnya ia pasti akan tinggal demi Jin-ho. Jin-ho berkata kalau ia menyesal. Tapi Eun Soo tahu itu bohong, ia berkata karena karena sikap Jin-ho seperti itulah yang membuatnya menyukainnya. Eun Soo kemudian pergi, tapi sebelum pergi ia berkata kalau Kae-in adalah Gadis yang baik. Eun Soo pergi dan Jin-ho hanya bisa menatapnya saja. Kae-in kemudian datang, ia bertanya apa Jin-ho dan Eun Soo dulu ada hubungan. Jin-hoo berkata kalau ia hidup untuk laki-laki dan perempuan Seperti Eunsoo hanya menunjukan bahwa ia terobsesi dengannya. Kae-in lalu berkata sepertinya Eun Soo memiliki kepribadian yang bagus. Jin-ho berkata keberanian Eun Sooo adalah yang selamai ni membutanya merasakan ada sesuatu seperti penyakit dalam hatinya. Jin-ho lalu mengalihkan pembicaraan dan mengajak Kae-in masuk lagi untuk menonton film. Kae-in berkata kalau sikap Eun Soo tadi seperti peremuan yang pernah menjadi mantan pacar Jin-ho. Jin-ho kaget mendengarnya.


Malam harinya Kae-in dan Jin-ho pergi ke atas suatu bukit. “Aku mencintaimu” kata Jin-ho tiba-tiba. Kae-in kaget dan menoleh untuk melihat jIn-ho. “ Karena kau membuatku tertawa setiap harinya” kata Jin-ho lagi. Kae-in jadi gugup mendengaranya. Jin-ho llau berakata bahwa kata-kata seperti itu biasanya akan diucapkan seorang laki-laki yang mengajak seorang wanita kencan dan kemudian mereka pergi ke seatu tempat yang tinggi. Kae-in keget dan akhirnya mengerti bahwa tadi adalah sebuah pembelajran bukan sungguhan. Jin-ho lalu teringat saat ia jadian dengan Eun Soo. Tiba-tiba Jin-ho berkata kalau kelas hari ini sudah cukup dan mau pergi pulang. Tapi Kae-in mencegah ia minta Jin-ho diam di tempat dan jagan melihat kebelakang. Kae-in Kemudian menulis sesuatu di punggung Jin-ho.


“Ramalan cuaca Park Kae-in untuk besok. Aroma bunga selam berhari-hari. Teman jika kau lahir kembali aku harap kau bisa jatuh cinta pada wanita. Ketika seeorang tak punya epentingan papaun ramalan cuaca Park Kae-in pun berakhir di sini”.

Keesokan harinya saat berangkat kerja bersam. Jin-ho berkata kalau pria tertarik dengarn wanita yang punya rasa humor tinggi. Kae-in berkata kalau hal seperti itu pasti ia bisa. Jin-ho lalu menantang Kae-in agar hari itu mengajukan hal-hal yang bisa membuatnya tertawa. Kae-in langsung merasa tertantang, ia segera mengajukan sebuah plesetan dan menyuh jIn-ho menebaknya. Tapi Jin-ho tak tahu, Kae-in memberi tahu jawabannya dan jadi tertawa sendiri. Kae-in lalu bertanya apa Jin-ho masih ragu padanya. Jin-ho lalu merasa kesal. Kae-in berkata kalau hari ini ia kan menunggu telepon dari Jin-ho agar Jin-ho bisa mengujinya.

Di kantor saat makan siang bersama Sang-joon dan Tae-hoon, tiba-tiba Jin-ho bertanya apa mereka berdua punya cerita atau plesetan lucu. Sang-joon dan Tae-hoon merasa curiga kalau Jin-ho sedang jatuh cinta. Jin-ho tentu menyangkalnya, ia berkata kalau ia hanya sedang bosan saja. Sang-joon lalu menceritakan sebuah kisah lucu dan Jin-ho segera menelepon Kae-in untuk mengujinya. Jin-ho yang menceritakan hal tersebut tanpa basa-basi membuat Kae-in kaget tapi kemudian ia mengerti kalau itu adalah ujin humor. Kae-in berkata kalau ia akan membiarkan Jin-ho menang kali ini. Tapi Jin-ho tetap memaksa Kae-in menjawabnya. Kae-in tak mau dan berakta kalau ia kan menutup telepon Jin-ho. Kae-in senag bisa mengerjai Jin-ho sementara Jin-ho merasa kesal karena ceritanya tak berhasil.

Jin-ho menelepon lagi saat Kae-in berada di pabrik kayu hinata. Kae-in meminta agar Jin-ho kali ini benar-benar memberikan plesetan yang lucu. Jin-ho memberian pertanyaannya dan Kae-in menjawabnya dengan mudah. Kae-in sedang melihat jenis-jenis kayu yang ditujukan pegawa pabrik saat Chang-ryul menelponnya. Karean Kae-in sibuk bertelepon pegawai pabrik meninggalkannya sebentar. Chang-ryul bertanya Kae-in ada di pabrik kayu mana dan kenapa tidak minta bantuannya untuk mengantarkan kesana. Kae-in berkata kalau itu tidak perlu. Chang-ryul lalu berkata kalau ia kan menjemput Kae-in. Jin-ho menelopn kembali dan mengajukan sebuah lelucon dan kali ini berhasil membuat Kae-in tertawa. Jin-ho merasa senang arenanaya. Lalu tiba-tiba tumpukan kayu menjatuhi tubuh Kae-in. Telepon Kae-in yang tiba-tiba putus membuat Jin-ho sanngat khawatir dan langsung memutuskan pergi mencari Kae-in. Para pekerja pabrik segera membawa Kae-in ke rumah sakit.


Jin-ho pergi sambil menelepon mncari pabrik kayu yang dimaksud Kae-in tadi. Setelah berhasil Jin-ho menelepon paberik itu dan pegawai disan bilang kalau ae-in sudah di bawa kerumah sakit. Jin-ho langsung banting setir menuju rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit Jin-ho mersa lega bisa menemukan Kae-in dalam keadaan baik-baik saja. Tapi saatakan mendekat tiba-tiba Chang-ryul datang membawa minuman untuk Kae-in. Jin-ho pun berhenti dan melihat Chang-ryul dengan mesra mebantu Kae-in minum.


Jin-ho datang menghampiri Kae-in dan menyuruh Chang-ryul pergi dari sana. Kae-in dan Chang-ryul kaget mlihat Jin-ho di sana. Jin-ho langsung mendekati Kae-in untuk melihat luanya tanpa memeperdulikan Chang-ryul. Chang-ryul tak terima ia berkata kalau Jin-ho tak mungkin mencinatai seorang wanita. Jin-ho tak mau kalah dan berkata bahwa Chang-ryul juga sama seperti dia tak dapat mencintai wanita.. Kae-in kaget mendenagranya, Jin-ho llau bertanya apa Kae-in cukup kuat untuk pergi dari sana. Kae-in mengangguk, kemudian Jin-ho menggandeng Kae-in pergi dari sana. Chang-ryul mencegah dan bertanya apa Jin-ho sudah mau berhubungan dengan wanita. Jin-ho berkata “Ya” dan minta Chang-ryul tak mengganggu wanitannya lagi. Jin-ho menarik tangan Kae-in hingga samapai diluar. Jin-ho lalu menoleh melihat Kae-in yang tampak kebingungan. Tapi tiba-tiba sosok Kae-in hilang dan tangan Jin-ho tak menggenggam apapun. Atau dengan kata lain itu hanya byangan jIn-ho saja. “Latiha ini dilakukan untuk balas dendam dan bahkan kau membantunya. Lalu mengapa kau sekarang harus mencegahnya Jeon Jin-ho” gumam Jin-ho sendiri.


Sementara itu Kae-in bersikap dingin pada Chang-ryul karena ia lebih mengharapan Jin-ho yang datang membantunya bukan Chang-ryul. Kae-in sudah kesal pada Chang-ryul ia meminta Chang-ryul tidak usah perpura-pura peduli dengannya karena ia tidak mempercayai Channg-ryul lagi. Chang-ryul kecewa dan berkata bagaimana mereka bisa memulai hubungan baru jika Kae-in tidak memepercayainya. Jin-ho sendiri datang ke ruang adaminstrasi dan membayar biaya pengobatan Kae-in dan menanyakan keadaan Kae-in. Jin-ho merasa hanya itu yag bisa ia lakukan untuk Kae-in. Kae-in memakasa untuk pulang tapi Chang-ryul juga berusaha mencegah ia sangat mencemasakan kesehatan Kae-in dan memintannya tetap tinggal di rumah sakit. Hal ini membuat Kae-in mulai ragu karan Chang-ryul terlihat serius mengkhawatirkannya.

0 comments:

Post a Comment