Sinopsis Cinderella's Sister Episode - 15

Written by Yui Shinji 0 comments Posted in:

Setelah membaca buku harian ayahnya, Hyo-sun berhamburan ke kamar Kang-sook. Dia menatap Kang-sook dengan tatapan benci dan mulai melempari baju dari dalam lemari ibu dan bahkan melemparkan koper ibu. Hyo-sun berteriak, “Keluar!” Sayangnya, kejadian itu hanya ada di kepala Hyo-sun sebab sebenarnya, Hyo-sun hanya berdiri di luar pintu kamar ibu. Dia yakin akan memerankan skenario itu tapi akhirnya kemudian dia berbalik dan pergi. Di dalam kamarnya, Kang-sook duduk dengan tenang menguatkan dirinya untuk menghadapi pertengkaran yang tidak pernah terjadi.

Di kamarnya, Hyo-sun mengatakan pada foto ayahnya kalau dia baru saja akan bertanya bagaimana Kang-sook bisa melakukan itu pada ayah dan bahwa dia bisa saja mengusir Kang-sook! Hyo-sun berkata, “Tapi aku tidak melakukannya, ayah! Aku tidak ingin mengusir dia dengan mudahnya. Sebab aku tidak ingin menyelesaikan ini dengan mudahnya, aku bertahan.” Hyo-sun mengatakan pada ayahnya untuk menunggu dan melihat bagaimana dia menyelesaikan ini.

Keesokan paginya, Hyo-sun mengejutkan ibu di lorong. Dia memandang ibu dengan dingin dan menebak kalau ibu pasti akan menceritakan apa yang terjadi pada Eun-jo. Hyo-sun tidak akan membiarkan hal itu terjadi dan dia menjelaskan pada ibu dengan nada yang tenang, “Kau tidak harus melakukan itu, I – bu!” Suara Hyo-sun terdengar menantang ketika dia melanjutkan, “Kalau Eun-jo tahu, segalanya akan jadi ramai, dan aku tidak menginginkan itu. Biarkan ini mengendap dengan tenang. Jangan melakukan apapun. Tinggal saja dengan tenang sebagai nyonya rumah ini. Sebagai ibuku.”

Kemudian, Hyo-sun kembali ke suara normalnya dan mengatakan kalau Eun-jo telah pergi untuk menangani masalah kontrak. Kang-sook dibiarkan heran pada apa yang terjadi pada anak tirinya. Ke masalah lain. Sekarang mesin sudah dibatalkan, jadi Ki-hoon pergi ke teman lamanya dan meminta pertolongan. Begitu pentingnya permintaan Ki-hoon hingga dia tidak meminta banyak ketika dia memberitahu kenalannya apa yang dia perlukan. Ki-hoon tahu dia sudah bersikap lancing tapi penderitaannya tidak memikirkan bagaimana harus bersikap sopan.

Tidak sukses dengan satu kenalan, Ki-hoon beralih ke yang lain yang bahkan kali ini menutup telponnnya. Ki-hoon menelpon lagi pria itu kalau dia akan bertemu dengannya karena dia menolak untuk menyerah sampai dia mendapat kesempatan untuk bertemu. Hyo-sun mengumumkan pesan bahwa Ki-jung ingin bertemu dengan Eun-jo dan kelihatannya perubahan sikap Hyo-sun tidak membuat Eun-jo curiga.

Hyo-sun dengan santai bertanya tentang seorang pria yang bernama Jang. Dia bertanya apakah Eun-jo yakin kalau tidak ada orang seperti itu di keluarga ibu. Eun-jo tegang, seolah-olah Hyo-sun sudah tahu yang sebenarnya, dan menjawab kalau tidak ada pria seperti itu. Hyo-sun memandangi Eun-jo dengan lekat lalu berkata, “Baiklah. Aku mengerti.”

Eun-jo berharap Hyo-sun ikut dengannya bertemu dengan Ki-jung. Akan tetapi, Hyo-sun sudah berencana untuk tinggal di rumah sebab kelihatannya ibu memerlukannya. Kata2 yang diucapkan Hyo-sun memang tidak aneh tapi cara Hyo-sun mengucapkan kata2 itu membuat Eun-jo tidak tenang. Karena bertambah tidak nyaman, Eun-jo menelponl ibunya. Karena tidak mendapatkan jawaban, Eun-jo langsung mencari Jung-woo untuk mengatakan padanya kalau Paman Jang tidak boleh muncul lagi.

Jung-woo memberikan jaminan pada Eun-jo kalau Jang tidak akan muncul. Dia sudah mengatakan dengan jelas kalau dia memerlukan uang, dia akan menelpon Jung-woo dan bukan Eun-jo. Hyo-sun menemukan Kang-sook dengan mengemas kimbap di dapur dan memasukkan sepotong ke mulutnya. Kang-sook begitu penasaran pada sikap Hyo-sun dan sedikit pujian membuatnya ngeri.

Ini bahkan tidak dibantu oleh telpon yang diterima Hyo-sun dari nenek, khususnya lagi ketika Hyo-sun bertanya, “Bagaimana dengan ibuku?” Kang-sook memandang anak tirinya dengan khawatir ketika Hyo-sun melanjutkan, “Aku tidak tahu apa yang akan kau ucapkan, tapi jangan katakan itu, Nek! Aku akan datang menemuimu segera. Jadi jangan katakan itu sekarang.” Di tempat lain, Ki-hoon pergi ke tempat Ki-jung untuk meminta kakaknya itu memberitahunya sejauh mana Ki-jung akan melaksanakan perbuatan kejam itu.

Ki-jung menjawab kalau dia tidak bisa memberitahu Ki-hoon sebab dia tidak mengenal dirinya sendiri – tapi dia berencana melakukan ini sampai akhir. Ki-jung hanya ingin membuat Ki-hoon takut dan kemudian dia mengatakan kalau Ki-hoon sebaiknya pergi sebelum Eun-jo tiba. Ki-hoon turun dengan lift dan benar saja, waktu pintu lift terbuka, ada Eun-jo dihadapannya.

Pikiran Eun-jo sangat tersita hingga waktu masuk ke dalam lift dan berdiri di depan Ki-hoon, dia sama sekali tidak memperhatikan Ki-hoon disana. Eun-jo naik untuk bertemu dengan Ki-jung. Ki-jung menyarankan pada Eun-jo ketimbang menggunakan dana dari Jepang untuk membangun kembali perusahaan Dae-sung, lebih baik menggunakan dana dari Hong Ju. Ini cara yang baik untuk mengambil alih dan Eun-jo tahu itu. Ki-jung menjelaskan proposalnya dengan sederhana: dia akan membantu Eun-jo melanjutkan penelitian tentang ragi dan dia akan membiarkan perusahaan Dae-sung mempertahankan namanya sebab perusahaan itu telah membangun reputasi yang solid yang patut dipertahankan.

Berlawanan dengan pernyataan Ki-jung, Eun-jo mengatakan, “Terima kasih.” Eun-jo mengatakan kalau Ki-jung baru saja mengatakan potensi besar perusahaan Dae-sung sebab pasti sangat berharga bagi perusahaan minuman nomer satu di negeri ini untuk menelan mereka. Eun-jo menambahkan, “Kau telah memberikanku kekuatan untuk bangkit kembali.” Faktanya, jika ragi Eun-jo seharga sesuai dengan harga yang ditawarkan Ki-jung maka harga pasarannya pasti beberapa kali lebih tinggi dari harga itu. Eun-jo pasti bodoh bila menjualnya sekarang. Eun-jo sekali lagi mengucapkan terima kasih pada Ki-jung lalu menambahkan, “Aku tidak akan melupakan apa yang telah kau lakukan pada kami, tidak akan pernah. Aku akan membalasmu jadi tunggu dan lihat.”

Perubahan yang terjadi sekarang berarti membuat Kang-sook tidak nyaman dengan semua saran dari Hyo-sun, seperti misalnya menjemput Jun-su ke TK-nya meskipun sebenarnya dia bisa pulang sendiri naik bus. Masih berbicara dengan nada yang sopan dan tenang, Hyo-sun menyarankan agar mereka membuat foto keluarga. Terlalu buruk sebab mereka tidak pernah berfoto bersama saat Dae-sung masih hidup tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kehangatan Hyo-sun yang terlihat pura2 membuat Kang-sook takut. Hyo-sun jadi sulit ditebak dan Kang-sook hanya bisa menyaksikan waktu Hyo-sun bermain dengan Jun-su. Kang-sook merasa ada bahaya bila mempercayai kepolosan Hyo-sun dan dia berpikir:

Kang-sook: Makhluk kecil itu berani melawanku tanpa rasa takut – aku, Song Kang-sook, yang bertarung dengan Tuhan atau Buddha dan menang. Aku tidak pernah takut pada Tuhan atau Buddha, tapi gadis itu yang hanya seekor anak anjing sekarang menunjukkan taringnya. Anak anjing ini lebih menakutkan dari hantu buatku.

Kang-sook menyelinap untuk pulang ke rumah saat anak2nya sedang bermain di taman. Dia cepat2 mengemasi barang2nya dan bergegas ke halte bus. Halte bus yang sama dimana Dae-sung dulu pernah datang untuk menghentikan kepergiannya.

Kang-sook: Takdir wanita jalang ini… melihatnya sekarang, hal paling kotor dalam hidupku adalah rumah ini. Tuhan, Buddha, terima kasih sudah menunjukkannya padaku sekarang. Akhirnya, kau harus mempercayai akalmu.

Bus akhirnya berhenti di halte itu tapi Hyo-sun ternyata tidak membiarkan Kang-sook pergi begitu saja. Dia terlihat dari kejauhan, berlari dan berteriak agar ibu tidak pergi kemana-mana. Kang-sook terburu-buru masuk ke dalam bus dan duduk dengan gelisah ketika bus itu mulai berjalan. Hyo-sun tersandung sepatunya jadi dia mengejar bus itu dengan bertelanjang kaki. Ketika supir bus melihat dia di kaca, dia mengabaikan perintah Kang-sook untuk tidak berhenti.

Hyo-sun masuk ke dalam bus. Dia megap2 kehabisan nafas dan terlihat marah. Dia menarik Kang-sook dan satu tangannya tetap memegangu baju ibu agar dia tidak kabur. Tapi itu tidak menghilangkan keinginan Kang-sook untuk kabur. Dia lari dan Hyo-sun mengejarnya. Pergulatan diantara mereka berdua membuat mereka terpeleset di rumput dan terguling ke parit kotor. Kang-sook berteriak kalau Hyo-sun adalah gadis mengerikan seperti hantu. Tapi Hyo-sun malah menatap dengan kejam dan berkata ibu tidak akan pergi kemana-mana – ibu akan tinggal dimana dia memang tinggal dan hidup di bawah perintah Hyo-sun, “Jika aku ingin melihatmu kabur, aku bisa saja mengusirmu. Apa kau pikir aku akan meninggalkanmu sendiri begitu saja?” Hyo-sun mengumumkan kalau ini adalah rahasia diantara mereka dan surga. Jadi tetap tutup mulut.

Kang-sook meminta Hyo-sun untuk mengutuknya saja atau memanggilnya jalang – bagaimana bisa Hyo-sun tersenyum dan memanggilnya ‘ibu’? Kang-sook berkata, “Kau seratus kali lebih menakutkan dariku, kau tahu itu?” Hyo-sun meledak dan berkata kalau bukan karena Jun-su, dia pasti akan melakukan itu. Tapi bagaimana bisa dia mengutuk adiknya – putra ayahnya? Hyo-sun: “Apakah aku harus mencoba? Apakah aku harus meludah di wajah Jun-su dan memanggilmu perempuan jalang?” Kang-sook menantang Hyo-sun untuk melakukannya tapi Hyo-sun berteriak kalau dia tidak bisa melakukan itu pada ayahnya. Sekarang Kang-sook mulai terisak tapi Hyo-sun tidak akan membiarkan Kang-sook untuk menenangkannya dan mendorongnya. Hyo-sun memperingatkan Kang-sook untuk jangan berani2nya meminta maaf sebab dia tidak akan mempercayai ibu.

Hyo-sun: Apa kau akan meminta permintaan maafku, ibu? Orang yang seharusnya kau mintai maaaf sudah meninggal, jadi kenapa kau bersikap seperti ini padaku? Hiduplah seperti itu sepanjang hidupmu, sebagai pendosa. Apa kau pikir aku akan memaafkanmu? Apa kau pikir aku akan membiarkanmu hidup dengan perasaan tenang?

Hyo-sun berteriak saat dia menangis dan meratapi ketidakadilan ini. Kedua wanita ini berjalan pelan ke rumah dan keduanya terlihat sangat kacau. Hyo-sun lemas di belakang ibu sebab kakinya sakit. Kang-sook memandang lukan Hyo-sun dan Hyo-sun menaikkan dagunya seolah-olah dia ingin mengatakan, “Apa?!” Kang-sook berlutut di depan ibu dan menyuruh Hyo-sun untuk naik ke punggungnya. Begitulah Kang-sook membawa Hyo-sun pulang.

Eun-jo telah berusaha menghubungi Ki-hoon sepanjang hari tapi tidak berhasil. Jadi ketika akhirnya Ki-hoon muncul di rumah, Eun-jo cukup marah untuk memintanya mengundurkan diri. Tapi kemarahan itu segera hilang ketika Ki-hoon memberitahu Eun-jo kalau dia akhirnya berhasil menghubungi salah satu kenalannya untuk bekerja sama dengan mereka. Untuk itu, mereka sekarang punya pengganti untuk mesin pengetes ragi mereka yang dibatalkan. Tapi syarat ketat datang bersama perjanjian ini.

Sebagai tambahan atas harga tinggi dan perjanjian untuk bekerja sama dalam penelitian ragi, Ki-hoon harus bekerja untuk perusahaan itu. Kenalan Ki-hoon itu adalah kakak kelas saat dia kuliah di luar negeri (AS) dan kenalan ini mengatakan kalau Ki-hoon sangat diperlukan di perusahaan mereka. Ki-hoon setuju sebab itu satu2nya cara agar perusahaan Dae-sung bisa bangkit kembali dan menahan semua usaha yang ingin menghancurkan mereka.

Hal ini adalah berita buruk buat Eun-jo. Dan saat Ki-hoon sudah lama pergi, Eun-jo masih duduk dengan sedih. Beberapa waktu kemudian, Jung-woo melihat Eun-jo dengan khawatir dan memintanya untuk bergerak atau melakukan sesuatu.

Eun-jo: Dari dulu, cahaya matahari pagi sama sekali tidak menyenangkan bagiku. Aku lebih suka membuka mataku di rumah beberapa pria atau di kamar motel. Suara yang paling sering aku dengar adalah makian ibuku dan umpatan yang diucapkan oleh kekasih ibu. Suara peralatan rumah tangga yang pecah, hal2 seperti itu. Tapi suatu hari, aku tidak mendengar suara itu. Aku menebak setelah beberapa lama, aku akan mulai mendengar suara2 itu lagi. Kedamaian ini akan pecah, jadi aku tidak memercayainya. Jika aku percaya dan ternyata tidak benar, aku akan menjadi satu2nya yang terluka. Tapi meskipun waktu telah berlalu, aku tidak mendengar umpatan ibuku. Di atas semua itu, cahaya matahari mulai menyenangkan untukku – aku ingin tidur di malam hari karena begitulah cara pagi akan keluar. Jika aku tidur lalu bangun, maka aku akan memulai hariku bersama pria itu. Kapanpun aku membalikkan kepala, orang inilah yang senang aku lihat. Aku tidak berani berharap banyak. Jika aku kembali dari suatu tempat, sudah cukup kalau dia berada disana. Jika aku tidak melihatnya untuk beberap waktu lalu tiba2 melihatnya, aku bahagia seolah-olah baru melihatnya untuk pertama kalinya setelah seribu tahun. Itu sudah cukup buatku. Tapi yang seperti itu adalah berharap terlalu banyak, dia pergi dan aku tidak bisa melihatnya lagi ketika yang aku perlukan hanyalah melihatnya lagi. Tapi sekarang dia pergi lagi. Dia bilang dia akan pergi. Benar2 menyebalkan…

Karena prihatin pada apa yang terjadi pada Eun-jo, Jung-woo setengah bercanda untuk menahan kepergian Ki-hoon dengan cara mematahkan kakinya. Begitu menderinya Eun-jo hingga dia bertanya, “Bisakah kau melakukan itu?” Eun-jo lalu berusaha meyakikan dirinya kalau ini adalah yang terbaik bagi mereka semua. Meski, dia tidak membohongi siapa2.

Eun-jo masuk ke dalam rumah dan mendengar suara ribut2. Dia melihat Hyo-sun dan Kang-sook sedang bertengkar – ibu berusaha mengobati kaki Hyo-sun tapi Hyo-sun menolak. Setelah Eun-jo masuk, mereka berhenti bertengkar. Hyo-sun tersenyum pada Eun-jo dan menatap Kang-sook dengan tatapan yang mengatakan, “Kau sebaiknya ikut bersandiwara atau aku akan membuatmu menyesalinya.”

Hyo-sun berkata kalau dia menangis karena ibu mengobatinya kurang hati-hati dan dengan manis meminta ibu untuk mengobatinya secara pelan-pelan saja. Kang-sook menurut dan Eun-jo meninggalkan ruangan itu, kecurigaannya menghilang untuk sekarang. Setelah Eun-jo menghilang, Hyo-sun menendang tangan Kang-sook dan menatapnya dengan marah.

Pada saat sarapan, Hyo-sun dan Kang-sook melanjutkan perang dingin mereka selagi Eun-jo makan. Eun-jo sama sekali tidak memerhatikan saling pandang diantara keduanya. Akan tetapi, dia memerhatikan keanehan Hyo-sun yang menggarami makanannya seolah-olah itu bukan apa-apa. Tapi saat Eun-jo mencobanya, dia tersedak. Karena merasa kalau Hyo-sun sedang demam, maka Eun-jo menariknya ke tempat tidur. Eun-jo mengabaikan perkataan Hyo-sun kalau dia baik2 saja. Eun-jo menyuruh Hyo-sun untuk beristirahat dan menunggu dokter sedangkan Kang-sook yang menunggui.

Hyo-sun melawan dan memandangi Kang-sook yang mendesah dengan berat, “Aku telah melakukan banyak dosa sehingga kau pasti dikirm padaku oleh takdir. Jadi ini hukuman buatku.” Ketika Eun-jo tiba di gudang anggur, dia mendengar suara tak terduga yang berasal dari ruang penyimpanan. Disana, dia melihat Ki-hoon sedang mencoba anggur dengan seorang wanita. Ki-hoon mengantar wanita itu ke mobilnya dan menyuruhnya pulang dengan senang.

Ki-hoon bergabung dengan Eun-jo untuk memberinya dokumen yang berhubungan dengan perkiraan harga. Eun-jo mulai membaca dan dia terpaku pada kenalan Ki-hoo hingga yakin dia bisa tertawa lepas. Dan Ki-hoon tertawa lepas bersama Eun-jo. Eun-jo mengatakan pada Ki-hoon kalau perubahan pekerjaan bagus untuknya – Ki-hoon seharusnya bekerja pada perusahaan besar. Alasan kenapa Ki-hoon masih tetap tinggal setelah kematian Dae-sung adalah karena dia tidak mendapatkan ijin untuk pergi, kan? Dalam sikap normalnya, Eun-jo sebenarnya menutup pintu dan menghadapi kenyataan.

Hyo-sun dirawat oleh dokter tradisional dan sedang tidur ketika Kang-sook memeriksa keadaannya. Tiba2 saja, Hyo-sun merintih dalam tidurnya dan mengatakan sesuatu dengan menyakitkan, “Jangan… jangan pergi.” Dia bahkan menangis. Kang-sook berbicara dengan foto pernikahannya untuk memberitahu Dae-sung, “Kau benar2 kejam dalam menghukum. Kau dan putrimu jauh lebih kuat daripada aku.”

Ki-jung menghadapi masalah baru ketika dia mendengar kalau perusahaan Dae-sung berusaha membuat anggur lagi. Di atas semua itu, mereka punya pembeli – Ki-hoon telah berusaha meyakinkan pembeli Jepang mereka untuk membeli produk dari mereka ketimbang Hong Ju. Di samping itu, penelitian telah mebuktikan kalau anggus Dae-sung lebih enak ketimbang punya Hong Ju. Ki-jung mencoba menahan marahnya dan bertanya apa ada lagi. Kemudian, Direktur Park mengeluarkan sebuah surat dan memberikannya pada Ki-jung – surat pengunduran dirinya.

Di pabrik, Eun-jo menikmati suasana ketika melihat pabrik berproduksi lagi. Tapi ini hanya untuk sementara sebab dia kemudian menerima telpon dari Dong-soo. Dia mengatakan kalau Hong Ju adalah perusahaan yang mengacaukan perdagangan mereka di Jepang. Dan ada satu hal yang lebih penting… Apa Eun-jo tahu kalau Ki-hoon adalah putra bungsu di keluarga Hong?

Ki-hoon datang dengan membawa berita gembira dan memegang sebuah majalah dengan wajah Dae-sung di cover-nya. Headlinenya adalah penemuan ragi baru mereka. Dengan wajah tersenyum, Ki-hoon mengumumkan, “Semuanya berakhir sekarang, Eun-jo.”

0 comments:

Post a Comment