Ma Sang-tae menjadi gila karena semuanya jadi kacau. Masyarakat mendapatkan kabar kalau pembunuh dari 15 tahun yang lalu itu mungkin saja Sang-tae. Para investor meminta uang mereka kembali lebih awal dan Sang-tae tidak bisa melakukan apa2 selain memenuhi permintaan mereka.

Hye-ri khawatri pada ayahnya khususnya setelah berita tentang ayah menyebar di internet. Dia pergi menemui In-woo untuk menenangkan diri. In-woo menjamin bahwa menyerahkan kasus ke Komite Penyidik tidak berarti mendapatkan tuntutan. Dia juga memberitahu Hye-ri kalau akhirnya dia mendapatkan kesaksian Anggota Dewan Kim Ki-hwan.

Ternyata, Tuan Ma memberikan diari-nya pada In-woo yang dengan jelas menunjukkan hubungan antara Ma dan Kim. In-woo kemudian menggunakan itu untuk mendorong Anggota Dewan Kim untuk bersaksi – dimana Tuan Ma telah mendorong Yoo Myung-woo untuk melakukan penyerangan dan menyalahkan Dong-geun.

Berikutnya, Jenny muncul di rumah In-woo. Pengacara Seo meminta Hye-ri untuk tinggal tapi Hye-ri merasa tidak nyaman dan karena itu waktu Jenny masuk, dia memilih untuk pergi. Ketika Hye-ri sudah pergi, Jenny mengaku kalau Hye-ri lebih menarik dan tak terduga dari yang dia pikir sebelumnya. Jenny sudah mengirim amplop ke Pimpinan karena takut Hye-ri akan menutupi kasus ini.

Tapi malah, Hye-ri mengijinkan agar investigasi ini dilanjutkan. In-woo mengatakan pada Jenny kalau seharusnya Jenny membantu dirinya sebagai teman bukannya malah melakukan hal tanpa sepengetahuannya. Jenny minta maaf atas perbuatannya tapi dia bilang kalau dia juga merasa dikhianati. Dia membantu In-woo untuk mewujudkan tujuan tunggalnya tapi In-woo bahkan tidak mampu menyelesaikannya.

Keesokan harinya, Ma Sang-tae menjalani interogasi kedua bersama Se-joon dan kali ini ada In-woo juga. Sehari sebelumnya, Se-joon telah menanyai Kim Ki-hwan. Kim mengaku kalau Ma Sang-tae memang menelponnya dan mengatakan kalau Yoo Myung-woo menyerangnya. Kim menasehati Ma Sang-tae agar menyalahkan Dong-geun jadi dia akan punya waktu untuk merencanakan hal selanjutnya. Semua ini sesuai dengan pengakuan Ma Sang-tae. Se-joon kemudian bertanya kenapa Sang-tae menelpon Kim. Sang-tae menjawab kalau hanya Kim yang tahu kenapa dia menemui Yoo.

Ketika ditanya pertanyaan yang sama, Kim mengatakan kalau pada awalnya dia tidak tahu kenapa Sang-tae menelponnya. Hye-ri mondar-mandir di lorong sampai akhirnya Ayah serta In-woo keluar dari kantor Se-joon. Di ujung lorong, Pimpinan dan tiga jaksa menyaksikan adegan itu terbuka. Menyadari kalau mereka mengganggu momen pribadi orang, mereka kemudian kembali ke tempat asal mereka. Hye-ri dengan ceria bertanya apakah interogasinya berjalan lancar.

Ma Sang-tae menyuruh Hye-ri untuk pergi dan berpura-pura kalau dia tidak mengenal Sang-tae. Ayah lewat di samping Hye-ri lalu masuk ke lift. In-woo mengikutinya. sang-tae menolak untuk melihat mata putrinya sampai pintu lift tertutup setengah. Di dalam lift, Sang-tae menghapus air matanya dan berkata, “Ketika kau bertambah dewasa, kau menjadi seperti ini. Maaf. Putra Seo Dong-geun, aku minta maaf. Benar2 minta maaf.”

Di rumahnya, In-woo mengurusi tubuh orang yang sudah meninggal sedangkan Hye-ri menyebarkan sampah sesuai dengan foto TKP. Mereka melakukan olah TKP. Hye-ri mencoba ingin menyandung semua benda dan membuktikan apakah salah diantaranya bisa menyebabkab terpeleset. Dia meluncur di atas sebuah tas plastik. Untungnya In-woo ada disana yang menyelamatkan Hye-ri – lalu mereka mengetes benda itu. Itu tidak cukup untuk membuat jatuh. Hye-ri berpura-pura sebagai Yoo Myung-woo dan mencekik leher In-woo, seperti kesaksian Sang-tae. Akan tetapi, Hye-ri malah mengerjap-ngerjap sebab dia takut bagaimana In-woo akan mendorongnya.

Karena tidak ingin melukai Hye-ri, mereka bertukar tempat dan Hye-ri yang mendorong In-woo. Hal itu hanya membuat In-woo mundur dan terpental ke kloset tapi tidak cukup untuk membuatnya jatuh. Mereka kemudian memikirkan kembali bukti dan kesaksian. Mereka memutuskan kalau Yoo minum soju sebelum bertemu dengan Ma. Karena Yoo minum soju dari kotaknya, maka Yoo pasti terpeleset karena kotak soju itu. Hye-ri merobek kotak soju itu dan kembali mengulangi olah TKP. Kali ini In-woo terpeleset dan jatuh dengan keras. Hye-ri memastikan kalau In-woo baik2 saja. Mereka kemudian melihat potongan kotak soju itu terbang ke tempat lain, sama seperti di TKP.

Se-joon melaporkan pada Pimpinan kalau In-woo akan membuktikan kalau Sang-tae tidak bersalah dengan bukti dari Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan Korea. Ini adalah kasus penyerangan, bukan pembunuhan. Dengan slideshow yang mengesankan, In-woo menjelaskan kalau kotak soju Yoo menyebabkan Yoo jatuh dan kepalanya menghantam batu. Hanya orang dengan ukuran Yoo yang menyebabkan kejadian itu bisa terjadi. Seorang saksi dan seorang detektif bahkan mengatakan kalau Yoo membeli soju sebelumnya. Di lokasi kejadian sendiri tercium bau soju yang keras.

Jung-sun bertanya apakah mungkin noda yang ada di toilet sudah ada disana sebelumnya dan bukan karena hantaman dari Yoo. In-woo menyatakan kalau kloset itu baik2 saja sebelum ditinggalkan. Setelah saksi pergi, hanya Yoo, Ma dan Seo yang masuk ke ruangan itu. Tidak mungkin orang lain yang membuat tanda itu sebab orang dengan ukuran yang berbeda akan menciptakan tanda yang berbeda pula. Dan juga, orang dengan ukuran yang berbeda akan terpental dalam jarak yang berbeda tidak seperti yang terjadi pada Yoo.

In-woo menyimpulkan kalau mendorong seseorang ke kloset tidak terbukti sebagai pembunuhan. Yang dilakukan Ma Sang-tae hanya mendorong Yoo ke kloset. Ada jug bukti yang menunjukkan kalau seseorang telah menyentak kloset itu dan sidik jari yang ditemukan disana adalah sidik jari Yoo. Dan akhirnya, jika Ma Sang-tae memang ingin membunuh Yoo, dia tidak akan melakukannya di tanahnya sendiri yang punya penjagaan 24 jam. Pimpinan meminta Se-joon untuk menyelidiki ulang dan melihat apakah penjelasan In-woo masuk akal. Tapi itu hanyalah formalitas. Keesokan harinya, Se-joon mengatakan kalau dia tidak akan menuntut Ma Sang-tae dan akan meloloskan kasus itu sebagai penyerangan. Karena UU Pembatasan untuk kasus penyerangan sekarang sudah tidak berlaku lagi maka kasus itu murni akan ditutup.

Sayangnya, keputusan itu tidak bisa menyelamatkan perusahaan Ma Sang-tae karena saham terus anjlok. Berita itu jelas mengungkap perbuatan korup Anggota Dewan di masa lalu dan untuk itu dia harus diadili. In-woo melihat semua ini di internet dan benar2 sakit melihatnya. Dia bahkan bertanya pada Jenny apakah mereka bisa melakukan sesuatu tapi Jenny bilang itu di luar kemampuan mereka. Bersamaan dengan krisis ekonomi, perusahaan konstruksi memang menderita dan kasus ini menjadi penghancur perusahaan Ma Sang-tae.

Ma Sang-tae secara resmi bangkrut. Para bibi masuk ke kediaman keluarga Ma dan mulai mengotori tempat itu. Ibu Hye-ri melakukan yang terbaik untuk melindungi tempat itu dan tidak akan membiarkan para wanita itu naik ke lantai atas. Hye-ri kembali ke rumahnya yang sudah rusak dan melihat ibu berjongkok di pojok. Dia bertanya apakah ibu baik2 saja dan ternyata ibu memeluk satu2nya harta keluarga itu – Sepatu Keberuntungan. Ibu tidak ingin para wanita tadi mengambil sepatu itu sebab sepatu itu adalah tiket kebahagiaan putrinya. Kenyataannya, semua yang ada di lemari Hye-ri hilang. Dan In-woo menelpon di saat yang tepat. Hye-ri bertemu dengan In-woo dan Hye-ri menolak bantuan darinya sama seperti In-woo yang menolak bantuan Hye-ri dalam pengadilan ulang ayah In-woo. Hye-ri berkata, “Aku bisa menerima bantuan dari orang lain. Tapi bukan kau. Tidakkah kau mengerti?” In-woo bahkan tidak bisa melindungi wanita yang dia cintai!

Mereka bertemu lagi di pengadilan dan berdasarkan kesaksian Ma Sang-tae, Seo Dong-geun dinyatakan tidak bersalah. In-woo kaget – dia bahagia, dan tenang. Jenny juga bahagia. Sedangkan Hye-ri dan ibunya saling berpegangan tangan karena tahu keadilan sudah ditegakkan. Jenny memeluk In-woo seusai pengadilan dan ketika In-woo beralih ke Hye-ri dan ibunya, mereka hanya bisa saling pandang. Ada wartawan juga disana. Ibu Hye-ri secara senang mengucapkan selamat tapi kemudian dia menahan diri lalu membungkuk dan mengatakan, “Aku minta maaf.”

Hye-ri menjual apartemennya dan meninggalkan semua furniturnya disana. Semua jaksa berkumpul di rumah Jung-sun untuk merayakan kepindahan Jung-sun ke cabang lain di Chuncheon. Mereka mengucapkan selamat tinggal dan Pimpinan memperhatikan kalau belakangan ini Se-joon menjadi pendiam. Tapi tentu saja, Se-joon tidak sependiam Hye-ri. Dia bertanya apa yang akan dilakukan pada rumah ini. Ibu Jung-sun langsung maju dan menggunakan kesempatan ini untuk mengumumkan kalau dia juga akan pindah ke Chuncheon. Pokoknya, kemanapun Jung-sun pergi, ibu akan mengikutinya.

Jung-sun berjalan pulang ke rumah bersama Se-joon dan Se-joon mengatakan kalau dia sangat senang untuk Jung-sun. Bayangkan makanan enak yang bisa dinikmati Jung-sun di Chuncheon. Tapi Jung-sun malah berkata kalau Se-joon seharusnya khawatri. Kenapa? Toh, disana tidak ada jaksa yang keren. Jung-sun mengatakan kalau dia tidak terlalu memperhatikan wajah pria dan Se-joon langsung menghentikan langkahnya. Dia menunjuk wajahnya sendiri – benarkah? Jung-sun berkata, “Apakah kau berpikir kalau aku suka padamu karena kau keren?” Yang dipikirkan Jung-sun hanyalah Bin. Dimana dia akan tinggal? Se-joon justru tidak khawatir sebab Bin akan tinggal bersama Jung-sun dan ibunya di Chuncheon. Jung-sun berpikir kalau ini seperti melompati anak tangga dan Se-joon meraih tangan Jung-sun lalu berkata, “Seperti melengkapi teka-teki, ayo hidup seperti itu!”

Hye-ri kembali ke rumah dan dia meniru kebiasaan In-woo yang suka bicara pada diri sendiri. Hye-ri mengucapkan selamat tinggal dan In-woo melihat Hye-ri. In-woo ingin menyapa Hye-ri dengan pantas dimana hal ini tidak dia lakukan di pengadilan ayahnya. Hye-ri mengucapkan selamat dan In-woo mengulurkan tangannya. Hye-ri meraihnya dengan pelan dan enggan. Mereka bersalaman seolah-olah mereka tidak akan bertemu lagi. Dan benar saja, In-woo memang akan meninggalkan Korea.

Malam itu, Hye-ri bermimpi dimana dia berjalan telanjang kaki di taman di luar apartemennya. In-woo berdiri di depannya sambil menenteng tas kecil. Mereka saling pandang dengan tatapan sedih dan In-woo berbalik lalu pergi. Hye-ri tidak mampu bergerak dari tempatnya. Kali ini, Hye-ri mencoba menyentuh In-woo tapi dia hanya menyentuh udara. Hye-ri bangun dari tidurnya dan berlari ke apartemen In-woo – yang ternyata kosong. Dia telah pergi. Hey-ri pergi ke taman. Tapi In-woo tidak ada disana. In-woo dan Jenny ada di bandara sedang menuju gerbang ke berangkatan. In-woo sempat berhenti tapi kemudian dia berjalan bersama Jenny. Hye-ri menengadah dan sebuah pesawat terbang di atasnya.

Satu tahun kemudian. Hye-ri berjalan ke kantornya masih dengan sepatu hak tinggi dan baju yang fashionable. Tapi ketika dia masuk ke kantronya, dia langsung berganti dengan setelan formal warna hitam. Hye-ri sedang menangani kasus penyerangan dimana warga Korea mendorong orang asing di dalam bus sebab menurutnya orang asing itu bau. Hye-ri mencoba mengajari pria itu kalau mereka berada di abad 21! Dia tidak seharusnya membuat komentar rasis karena pria asing itu bekerja keras di Korea. Terdakwa sangat kesal dan ingin jaksa pria saja. Hal itu bukan kata2 yang baik diucapkan pada jaksa apalagi Hye-ri. Dia mengatakan pada pria itu kalau komentar rasisnya dianggap sebagai kejahatan dan untuk itu pria itu adalah penjahat di mata semua orang!

Penyidik Cha dan Asisten Jung-im saling tersenyum – skor untuk Hye-ri! Kemudian kita beralih ke sebuah toko kue. Siapakah yang punya? Ternyata Park Ae-ja. Disana juga ada Ma Sang-tae yang sedang mengolah adonan. Dia beristirahat sejenak untuk melihat istrinya memuji pelanggan mereka karena sudah berbelanja ke toko mereka. Ae-ja melihat suaminya dan Sang-tae membuat alasan kalau tangannya sakit. Dia mengeluh sampai kapan dia harus mengolah adonan. Dia sudah ingin memanggang kue-nya!

Hye-ri masuk dan ibu langsung berkata kalau ayah sudah merancang kencan buta untuk Hye-ri. Ayah datang sambil membawa notepad-nya – siap untuk mengatakan semua detail-nya. Hye-ri meraih beberapa kue dan mengatakan kalau dia sibuk! Dan lihat, dimana mereka tinggal – di rumah lama Jung-sun!

Yoon-ah datang ke rumah Hye-ri untuk belanja online. Sekarang, ketimbang membeli semua tas itu, Hye-ri hanya memilih satu yang akan dia beli dengan uang tabungannya bulan depan. Yoon-ah melihat perubahan ini dan merasa sedih karena sekarang Hye-ri bersikap seperti ini. Tapi Hye-ri berkata untuk tidak pernah takut seperti yang dikatakan ayahnya: ‘manusia adalah makhluk yang adaptif’. Yoon-ah bertanya apakah Hye-ri sudah melupakan In-woo sebab dia tidak datang sambil menangis ke Yoon-ah lagi. Hye-ri berkata kalau dia belum melupakan In-woo dan dia tidak akan pernah melupakan In-woo. Dia akan ada diingatan Hye-ri! Memang sakit tapi In-woo adalah bagian hidup Hye-ri sekarang dan tidak bisa dihapus.

Dan inilah Seo In-woo yang keluar dari bandara Incheon dengan kaca mata dan jaket ungu. Dia membawa banyak barang yang menandakan kalau dia akan tingga lama di Korea. Jenny menelpon In-woo untuk memastikan kalau dia sudah sampai di Korea. Jenny mengatakan kalau dia sudah bosan di Amerika tapi itu tidak akan lama. Soalnya, dia akan bergabung dengan In-woo di Korea. Segera!

In-woo langsung pergi ke kantor dan disapa oleh asisten baru. Dia melihat ada buket bunga di mejanya. Dan wajah In-woo seolah-olah mengatakan ‘mudah-mudahan ini dari Hye-ri!’ In-woo keluar gedung dan dia melihat Hye-ri berjalan masuk. Hye-ri tidak melihat In-woo sebab dia sedang menelpon, bicara terus dan tertawa. In-woo hanya bisa memandang Hye-ri dari pintu kaca dengan tatapna kaget dan dia sama sekali tidak bisa bernafas. Tapi, dia mengumpulkan seluruh akal sehatnya dan berjalan pergi. Kemudian, Hye-ri berbalik dan melihat punggung In-woo. Hye-ri berlari untuk memastikan kalau itu In-woo tapi dia tidak bisa memastikan jadi dia terus berjalan pergi.

Ada acara pernikahan. Jung-sun sedang mempersiapkan upcara pernikahannya dengan bantuan Bin. Sedangkan Se-joon malah asik duduk bermalas-malasan. Jung-sun bersedih dan mengatakan kalau banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan mereka hanya punya waktu 4 bulan. Se-joon menanggapinya dengan santai. Tapi Bin terlihat kaget. Jung-sun berkata kalau Se-joon sangat tidak sopan sebab sama sekali tidak membantu. Apakah ini karena Se-joon sudah pernah menikah sebelumnya. Bin duduk di sebelah Jung-sun dan meminta maaf atas ketidaksopanan ayahnya.

Jung-sun meminta Bin untuk memilih gaun juga sementara itu dia mengambil USB dari kalung rosario yang Jung-sun pakai di lehernya. Tapi Se-joon sebenarnya peduli – beginilah cara Se-joon untuk bersikap romantis. Dia meletakkan mainan di belakang laptop Jung-sun dan pergi mencuci piring. Tak lama, lagu ‘Will You Marry Me’ dari Lee Seung-gi terdengar. Jung-sun mengangkap laptopnya untuk mengetahui asal suara itu. Suara itu keluar dari sebuah mainan dan di leher mainan itu terlingkar kalung yang berisi cincin pertunangan. Jung-sun memandangi Se-joon dan mereka pun tersenyum.

In-woo keluar dari apartemennya – bangunan yang sama. Dia lalu mulai lari di daerah yang tidak jauh dari sana. Dan… ternyata Hye-ri juga lari disana. Dia melewati In-woo dengan senyuman yang sangat lebar. Yang aneh, In-woo terus saja berlari tanpa mempedulikan Hye-ri. Seharusnya tidak begini dan Hye-ri berbalik lalu mengejar In-woo.

Hye-ri: Tunggu. Tunggu sebentar. Sudah lama sekali.
In-woo: Apa yang kau lakukan sekarang?
Hye-ri: Kau bersikap sangat aneh Pengacara Seo. Sudah satu tahun kita tidak bertemu. Mana sapaan aneh itu? Kau seharusnya bertanya ‘apa kabar?’ atau ‘aku sangat merindukanmu?’ terlebih dahulu.
In-woo: Apa kau tidak tahu aku telah kembali?
Hye-ri: Apa? Benarkah? Kau telah kembali?! Dan kau pindah ke daerah sini?
In-woo: Bukan apa-apa. Begini…
Hye-ri: Tunggu… Dimana rumahmu?
In-woo: (Ingat janjinya pada Ma Sang-tae) Kenapa kita tidak menghentikan ini saja Jaksa Ma?

Hye-ri: Apa maksudmu?
In-woo: Aku tidak punya keinginan untuk mengulangi hubungan kita di masa lalu? Aku minta maaf.
Hye-ri: Jika kau perlu teman, telpon saja aku. Ketika kau ingin makan dan minum sampai bosan. Ketika kau kesepian atau sedih. Ketika kau sakit atau ingin mengeluarkan semua isi perutmu. Ketika kau stress, telpon aku.
In-woo: Apa yang kau lakukan sekarang?
Hye-ri: Aku berharap kau akan menjadi pengacara hebat.
In-woo: Apa kau hanya bermain-main sekarang?
Hye-ri: Nomer hp-ku ganti.

In-woo mengambilnya dan memasukkannya ke kantongnya. Hye-ri berkata kalau In-woo akan kehilangan nomer hp itu tapi In-woo tidak peduli. Dia hanya ingin keluar dari obrolan gila ini.

Hye-ri: Aku ingin kau menjadi bagian dari hidupku lagi.
In-woo: Lupakan.
Hye-ri: Aku tahu kita akan bertemu lagi. Kita menjalin hubungan sebisa kita. Ayo kita bertemu ketika kita perlu. (Pada titik ini, Hye-ri mengulangi apa yang In-woo ucapkan dulu agar bisa menjadi teman Hye-ri) Aku tidak akan memintamu untuk bertanggung jawab, jadi berhentilah bersikap kejam.
In-woo: Berhentilah bermain-main!
Hye-ri: Apa itu terlihat seperti aku bermain-main?
In-woo: Jika kau tidak main-main maka kita punya masalah.
Hye-ri: Lalu kenapa kau kembali?
In-woo: Itu bukan urusanmu. Bukan karena aku tertarik padamu.
Hye-ri: Tidak mungkin!

Dan In-woo pun kabur dari sana. Hye-ri bertanya-tanya apakah In-woo sudah melupakannya. Hye-ri mendapat telpon dan itu dari Jenny. Dia menelpon jauh-jauh dari AS untuk bertanya apakah semuanya baik-baik saja. Hye-ri jelas menjawab tidak!

Sekitar enam bulam yang lalu – Jenny singgah ke Seoul dalam perjalanan bisnisnya ke Jepang. Dia menemui Hye-ri dan sama sekali tidak percaya kalau hidup Hye-ri sangat berbeda dengan yang dulu. Hye-ri kehilangan segalanya – tidak hanya harta tapi juga semangat hidup. Permintaan Jenny adalah untuk menyelamatkan In-woo. Setelah kembali ke AS, In-woo hanya bekerja dari pagi hingga malam di kantor ayah angkatnya. Dia tidak pernah keluar, kumpul bareng teman atau bertemu dengan para gadis-gadis. Jenny kesal melihat In-woo seperti dan tahu kalau ini karena Hye-ri.

Jenny bahka mencoba untuk mengajak In-woo kembali ke Korea tapi tidak berhasil. Jenny berkata kalau In-woo sebenarnya ingin ke Korea tapi setelah mendengar kehancuran keluarga Ma, dia menyalahkan dirinya dan tidak mau kembali ke Korea. Sebenarnya, sebuah kantor pengacara menghubungi mereka jadi bila mereka benar2 akan pulang ke Korea, maka Hye-ri harus tahu.

Kembali ke masa kini. Jelas kalau Jenny dan In-woo mengambil tawaran itu. Hye-ri bersedih karena In-woo menghindarinya tapi Jenny menjamin kalau itu hanya akting. Dia yakin hanya Hye-ri yang ada di hati In-woo dan oleh sebab itu, Jenny memberitahu Hye-ri semuanya. Jenny juga menyuruh Hye-ri untuk mengunjungi rumah In-woo kalau dia tidak percaya. Dan pergilah Hye-ri kesana. Rumah In-woo adalah apartemen lama Hye-ri. Dekorasi dan Furniturnya masih sama seperti yang Hye-ri tinggalkan dulu – serba pink dengan motif bunga. Bahkan, kode kunci rumah itu masih sama. Hye-ri sangat tersentuh. Dia membersihkan tempat itu sedikit untuk In-woo.

Ketika In-woo kembali, dia menadapati kalau apartemennya agak berbeda dari sebelumnya – lebih rapi. Tapi dia tidak terlalu memikirkannya. Tapi dia heran ketika masuk ke kamar mandi dan menemukan ada handuk tambahan tergantung disana. Di kotak obat juga berisi penuh obat-obatan dan In-woo mulai curiga. Dengan segera, In-woo pergi ke dapur dan memeriksa semua barang yang ada disana – siapa tahu saja ada orang iseng yang menumpang diam2 dengannya. Seperti Hye-ri dulu. Tapi dia aman!

Keesokan harinya, In-woo mendengar alarm aneh: “Seo In-woo! In-woo! In-woo! Seo In-woo! Bangun! Kau harus pergi kerja! Kau harus menemui Ma Hye-ri! kau harus menemui Ma Hye-ri!” In-woo pergi ke teras dan melihat versi baru alarm bom! Kemudian dia mendengar suara tawa dari atas yang ternyata itu adalah Ma Hye-ri yang sekarang menempati apartemen lama In-woo. Alarm itu kemudian berteriak, “Apa yang kau lihat!” Kemudian, sebuah ember yang dikaitkan di pancing muncul di depan In-woo.

In-woo bertanya apa yang dilakukan Hye-ri dan dijawab kalau sekarang Hye-ri menggunakan kupon wonder woman-nya. In-woo mengeluarkan kupon itu dari ember dan Hye-ri berkata kalau sekarang dia akan menggunakan kupon itu. Dia yang menulis kupon itu jadi dia bisa menggunakannya. Hye-ri berharap bisa bertemu In-woo di taman malam ini. In-woo mengatakan kalau dia sudah membuang kupon itu dulu. Tapi Hye-ri malah membalas, “Apa yang kau maksud dengan membuangnya? Kupon itu ada di dompetmu. Kau tidak tahu aku punya kemampuan seperti seorang cenayang!” In-woo bilang dia tidak akan datang. Hye-ri berteriak kalau dia akan bertemu In-woo disana. Dia kemudian pergi dan In-woo juga melakukan hal yang sama.

Tentu saja, Ma Sang-tae tidak suka bila putrinya pindah. Ae-ja mencoba menenangkan dengan berkata kalau rumah mereka terlalu kecil untuk anak gadis yang sudah dewasa. Apalagi Hye-ri telah menghabiskan uang yang dia peroleh. Ma Sang-tae terlukan mendengar kalimat ini karena seharusnya dialah yang menjadi pencari nafkah. Tapi Ae-ja berkata kalau In-woo dan Hye-ri mengalami masa sulit karena mereka saling mencintai. Ma Sang-tae terlihat syok mengetahui In-woo sudah kembali.

Hye-ri duduk sendiri di taman dan In-woo sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Lagipula, hari sudah semakin gelap. Hye-ri hanya membawa senter dan dia sangat ketakutan. Dia kemudian ingat kalau dulu In-woo tahu bagaimana takutnya Hye-ri pada saat malam tiba. Hye-ri menenangkan diri dengan berpikir kalau In-woo pasti muncul. In-woo sendiri ada di rumah. Dia mengeluarkan kupon wonder woman dari dalam dompetnya – ini kupon yang asli. Tiba2 saja Ma Sang-tae muncul di rumahnya. Mabuk.

Sang-tae ingin tahu apa yang dilakukan In-woo di apartemen Hye-ri. Dia ingin tahu apakah In-woo melanggar janjinya. In-woo berkata kalau dia tidak melanggar janjinya. Tapi In-woo tidak menjelaskan kenapa dia tinggal di apartemen lama Hye-ri. sang-tae kemudian mengatakan alasan kenapa dia datang sebab ada hal yang ingin dia katakan. Dia minta maaf karena sudah membuat Seo Dong-geun menderita tapi dia sama sekali tidak pernah mengakui kalau dia bersalah. Jadi sekarang secara resmi, Sang-tae mengatakan kalau dia bersalah. Dia kemudian mengeluarkan dua muffin dari dalam sakunya. Sang-tae berkata, “Makan ini. Aku yang membuatnya. Bagi dengan Hye-ri atau makan saja sendiri.”

Dengan ijin ini, In-woo mengambilnya sebagai tiket untuk menemui Hye-ri tanpa melanggar janjinya. In-woo berlari ke taman tapi dalam perjalanan dia terpeleset. In-woo jatuh tapi bangkit lagi agar bisa bertemu Hye-ri. Dia tidak duduk di bangku. In-woo melihat kuponnya dan mendapati kalau kupon itu masih berlaku – kupon tidak bisa digunakan setelah jam 2 pagi. Hye-ri berlari di belakang In-woo dan berteriak, “Kau sangat terlambat!” Hye-ri terlihat seperti orang yang akan marah tapi berikutnya dia malah berlutut dan mulai terisak. Hye-ri melihat darah keluar dari jins In-woo. Hye-ri berbalik dan menyuruh In-woo untuk naik ke punggungnya. Dia akan menggendong In-woo pulang!

Dengan tidak yakin, In-woo pelan2 naik ke punggung Hye-ri dan Hye-ri benar2 mengangkat In-woo dan berjalan beberapa langkah. Karena In-woo sangat tidak stabil di punggung Hye-ri maka dia memutuskan untuk turun. In-woo maju lalu memeluk Hye-ri. Hye-ri membantu In-woo pulang dengan memegang tangan In-woo. Pengacara Seo bertanya apa yang akan dilakukan Hye-ri kalau dia benar2 tidak datang. In-woo kemudian meletakkan tangannya di pundak Hye-ri lalu tersenyum. Hye-ri juga memegang tangan In Wo dan mereka berjalan menembus malam.

Sebuah kencan di taman. Hye-ri dan In-woo berjalan sambil berpegangan tangan. In-woo berkata kalau seharusnya mereka membawa kamera. Lalu, dari dalam kantongnya Hye-ri mengeluarkan kamera yang sama dengan yang dipakainya untuk memotret In-woo. Hye-ri menyerahkan kamera itu pada In-woo dan menyuruhnya untuk mengambil foto dirinya. Dan tiba2 saja, Hye-ri mulai berpose seperti In-woo

In-woo: Aku tidak bisa memotretmu. Tapi kenapa kau tidak bisa berhenti meniruku?
Hye-ri: Siapa yang mengkopi siapa? Aku belum mengambil foto apa2 hari itu.
In-woo: (mengambil foto yang Hye-ri bicarakan)
Hye-ri: Apa ini? Kau tidak boleh mengambilnya tanpa permisi.
In-woo: Mari berhenti melakukan ini secara terpisah dan ayo lakukan bersama.
Hye-ri: Aku tidak berfoto dengan pria sembarangan.
In-woo: Pria sembarangan?

In-woo kemudian ingat apa yang dia pernah bilang pada Hye-ri: “Aku tidak berfoto dengan gadis sembarangan. Kau bukan pacar dan tidak akan menjadi pacar. Kau bukan teman atau saudara. Kau bukan siapa-siapa.”

In-woo: Ah, yang benar saja. Sampai kapan kau akan meniruku?
Hye-ri: Aku sudah bilang padamu. Aku kurang kreatifitas tapi punya bakat besar meniru seseorang!
In-woo: Baiklah, baiklah, lanjutkan. Tapi kau mungkin tidak akan mampu mengatakan kalimat yang selanjutnya, kan? Coba saja!

Hye-ri: Kau bukan istri atau suamiku. Aku tidak tahu apakah kau akan menjadi suamiku. Jika kau bukan teman atau saudara, berarti kau bukan siapa2. Benar bukan?
In-woo: Di kepalamu, kau baru saja ‘aku gila’. Benar begitu, kan?
Hye-ri: Bagaimana kau tahu?
In-woo: Tapi, apakah aku bisa berfoto denganmu atau tidak?
Hye-ri: Jika aku bilang tidak, bagaimana kau akan melakukannya?

In-woo meraih Hye-ri di pundaknya dan mencoba berfoto. Hye-ri mendorong In-woo lalu In-woo meraih pinggang Hye-ri. Ketika terbebas, Hye-ri melompat dan memukul kepala In-woo. Berikutnya, In-woo meraih leher Hye-ri dan Hye-ri menjepit agar bisa bebas.

Tapi In-woo mencium dahi Hye-ri…

Dan mereka pun berfoto bersama…

The end.

0 comments:

Post a Comment