Jumong - Episode 13

Written by Yui Shinji 0 comments Posted in:

Jumong berhasil mengalahkan semua anak buah Do Chi. Mereka kemudian melarikan diri.
"Kau punya bakat mengejutkan orang." kata Mu Song. "Bagaimana kau jadi mahir bela diri?"
Jumong tertawa.
Geum Wa maju dan mendekati Jumong. Jumong kaget melihat ayahnya datang. Ia menunduk memberi hormat.
"Aku ingin pergi minum denganmu." kata Geum Wa.
Young Po melihat mereka dari jauh.

Jumong dan Geum Wa duduk di sebuah kedai minum.
"Apa yang kau lakukan akhir-akhir ini?" tanya Geum Wa.
"Apa yang bisa dilakukan orang bodoh seperti aku?" jawab Jumong. "Aku mabuk-mabukan."
"Ketika aku mengusirmu dari iatana, aku berharap suatu saat nanti aku melihat dirimu yang baru." ujar Geum Wa, kecewa.
"Aku berusaha berubah. Menjadi seseorang yang bisa membuat Yang Mulia dan ibu bangga. Tapi... semakin aku mencoba, aku malah semakin terjerumus ke dalam lubang yang dalam. Bahkan Guruku mati karena aku. Yang Mulia, aku ditakdirkan hidup dalam ketidakberuntungan. Aku tidak ingin kembali."
"Ibumu sakit." ujar Geum Wa. "Kembalilah ke istana. Walaupun langit menyerah padamu, selama aku tidak, jangan pernah menyerah."

Young Po kembali ke istana dan melaporkan pada Dae So bahwa Geum Wa datang sendiri untuk menjemput Jumong.
"Aku menyuruh orang untuk membunuh Jumong." kata Young Po. "Tapi kemampuan bela dirinya sangat luar biasa."
"Ingat apa yang kukatakan padamu." ujar Dae So. "Jangan berusaha membunuh Jumong lagi."
"Tapi jika kau melihat kemampuan bela dirinya..."
"Dengarkan aku!" seru Dae So. "Jika kau ingin menyingkirkannya, lakukan dengan cara yang benar."
Jumong pulang ke istana menemui ibunya. Yoo Hwa menoleh dan akhirnya mau membuka mulutnya, "Jumong..."
Jumong memasakkan obat untuk Yoo Hwa, namun Yoo Hwa menolak. Ia tidak mau membuka mulutnya.
Sambil menatap ibunya yang sedang tertidur, Jumong menjadi teringat kata-kata Hae Mo Su. "Kau harus bisa melindungi ibumu." Jumong menggenggam erat tangan ibunya.
Yoo Hwa terbangun dan melihat Jumong tertidur di dekatnya. Yoo Hwa bangkit dari tidurnya. "Jumong..."
Jumong terbangun. "Ya ibu."
"Ingat saat aku mengatakan kau akan melakukan sebuah tugas besar?" tanya Yoo Hwa. "Penderitaan yang kau hadapi sekarang belum apa-apa. Ingat bahwa kau memiliki banyak rintangan yang akan kau hadapi kelak."
"Tolong beritahu aku apa tugas besar itu, Ibu."
"Ini masih terlalu dini. Saat kau sudah mendapatkan pengakuan dan kemampuan untuk memimpin, kau akan tahu." kata Yoo Hwa.
"Tugasku sekarang hanyalah menjagamu." kata Jumong, menggenggam tangan ibunya. "Aku tidak akan membiarkan ibu menderita lagi."
Mo Pal Mo datang ke rumah klan GyehRu untuk menanyakan metode rahasia pembuatan senjata yang pernah dijanjikan Yeon Ta Bal. Namun Yeon Ta Bal menolak bertemu dengannya.
Mo Pal Mo masih saja gagal membuat sebuah pedang yang kuat. Hal itu tentu membuatnya frustasi berat.
Jumong menemui Mo Pal Mo untuk mengucapkan terima kasih karena telah membantunya dulu. Mo Pal Mo tersenyum malu-malu. Ia kemudian teringat sesuatu. "Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan Pangeran."
Mo Pal Mo mengajak Jumong ke ruangannya dan menceritakan bahwa Pangeran Young Po dan Utusan Istana diam-diam membawa keluar pedang dari bengkel. "Apa yang harus aku lakukan, Pangeran? Aku sangat cemas."
Jumong berpikir sejenak. "Ketua, rahasiakan hal ini. Jika ini tersebar keluar, kau akan berada dalam bahaya. Aku akan menyelesaikan ini jika waktunya sudah tiba. Berpura-pura lah tidak mengetahui apapun."

Jumong berjalan di istana dan bertemu dengan Young Po dan Dae So. Kemarahan muncul dari hatinya, namun ia berusaha menahannya. Jumong menunduk memberi hormat dan meminta maaf karena belum sempat mengunjungi mereka.
"Apa kau akan membiarkan dia begitu saja?" tanya Young Po pada Dae So saat Jumong sudah berjalan pergi.
"Ingat apa yang kukatakan padamu. Aku akan mencari cara lain yang dapat menyebabkan dia lebih menderita." kata Dae So licik.

Jumong datang mengunjungi Geum Wa. Geum Wa bertanya siapa yang mengajarkan Jumong bela diri sehingga kemampuannya bisa melesat drastis. Kalau bisa, Geum Wa ingin bertemu dengan guru Jumong.
"Guruku sudah meninggal." jawab Jumong sedih. "Guru mengatakan bahwa dulu ia bertarung melawan Han bersama Yang Mulia."
Geum Wa terkejut. Ia berpikir sejenak. "Apa gurumu buta?"
"Ya." jawab Jumong. "Yang Mulia, aku menyerahkan sebuah surat dari guru untuk Yang Mulia. Tapi pembunuh datang menyerang ketika kami ingin menemui Yang Mulia dan mencoba membunuh guruku. Apa Yang Mulia tahu siapa guruku?"
"Dia adalah temanku di Pasukan Da Mul." jawab Geum Wa, masih merasa terkejut.
Geum Wa berpikir seorang diri. "Hae Mo Su, semangat dan kemampuan bela dirimu sudah kau wariskan pada Jumong. Ini semua pasti takdir. Aku akan menyelesaikan apa yang telah kau bangun."
Semua pejabat istana dipanggil oleh Geum Wa, termasuk para Pangeran, Yoo Hwa dan Wan Ho.
"Aku memanggil kalian semua untuk mendiskusikan masalah Putra Mahkota." kata Geum Wa memulai. Ia menyuruh ketiga putranya maju. "Mulai hari ini aku akan menilai kalian bertiga untuk menentukan siapa yang pantas menjadi Putra Mahkota. Aku akan menilai karakter, bakat dan apa yang bisa kalian berikan pada masyarakat. Gunakan seluruh kemampuan kalian untuk BuYeo."
"Dae So adalah putra sulung." ujar Wan Ho protes. "Seharusnya dialah yang menjadi Putra Mahkota."
Geum Wa bertanya pada Dae So. "Apa kau setuju? Apa kau pikir, kau harus menjadi Putra Mahkota hanya karena kau adalah putra sulung?"
"Aku akan bersaing dengan kedua saudaraku." kata Dae So (dengan sangat terpaksa).
Geum Wa bertanya pada Young Po. Young Po menatap ibunya takut-takut. Karena keadaan menyudutkan, maka ia terpaksa menyatakan persetujuannya untuk bersaing.
Geum Wa kini bertanya pada Jumong. "Saat kau keluar istana, aku memberi tugas penting pada kedua kakakmu. Kau juga harus melakukan sebuah tugas. Tugas apa yang ingin kau lakukan?"
Tanpa berpikir panjang Jumong menjawab, "Izinkan aku meninggalkan istana, Yang Mulia. Jika aku tetap di istana, aku tidak akan bisa belajar dan memperbaiki kesalahanku. Izinkan aku pergi dan melihat dunia luar."
"Lakukan apa yang kau mau." ujar Geum Wa setuju.

Yeo Mi Eul merasa tersinggung karena Geum Wa tidak berkonsultasi dengannya terlebih dahulu soal kompetisi Putra Mahkota ini.

Salah satu bangsawan paling berpengaruh (Sachuldo) di BuYeo berkunjung menemui Geum Wa. Bangsawan itu adalah Ma Ga, yang tidak lain merupakan paman permaisuri Wan Ho. Permaisuri meminta Ma Ga bicara pada Geum Wa untuk mengubah keputusannya soal kompetisi Putra Mahkota, namun tentu saja Geum Wa menolak.

Walaupun terlihat selalu kalah dan ditutupi bayangan kakaknya, dalam hati Young Po juga memiliki ambisi untuk menjadi Putra Mahkota. Dengan sedikit bujukan, provokasi dan pujian yang diberikan pada Young Po, ia mulai memiliki keinginan bersaing untuk menjadi Putra Mahkota.

Han Dong menjual pedang dari bengkel BuYeo pada prajurit Ok Jo secara diam-diam. Namun transaksi mereka diketahui oleh Han.
Yang Jung mengirimkan utusan ke BuYeo menyangkut masalah ini. "Karena BuYeo telah mengingkari perjanjian yang dibuat, maka Han akan memutus perdagangan garam ke BuYeo. Jika tidak ingin ini terjadi, Raja BuYeo harus datang sendiri ke Hyeon To City." Begitulah isi surat dari Yang Jung.
Geum Wa marah besar. Ia memerintahkan Jenderal Heuk Chi untuk membawa Mo Pal Mo ke hadapannya.
"Mengapa senjata dari bengkel senjata bisa diperdagangkan ke Ok Jo secara ilegal?" tanya Geum Wa.
Mo Pal Mo teringat kata-kata Jumong, "Rahasiakan hal ini."
Mo Pal Mo tidak bisa berkata apa-apa. Ia menunduk. "Yang Mulia, aku sudah mendedikasikan seluruh hidupku untuk bengkel senjata. Bagaimana bisa aku melakukan hal seperti itu? Aku tidak tahu apapun soal ini."
"Aku percaya pada kesetiaanmu." ujar Geum Wa. "Tapi ini semua terjadi. Bagaimana kau menjelaskannya?"
"Aku hanya mengirim senjata ke markas besar militer." jawab Mo Pal Mo.
"Jadi, senjata itu dibawa dari markas besar militer?" tanya Geum Wa pada Young Po.
Young Po sedikit takut. "Ini tidak mungkin, Yang Mulia." katanya berbohong. Utusan Istana membelanya. Tentu saja, karena Utusan Istana juga terlibat. Geum Wa menyuruhnya menginvestigasi masalah ini.
Yeo Mi Eul masuk. "Yang Mulia, garam sangat penting untuk masyarakat. Anda harus segera pergi ke Hyeon To City dan menyelesaikan masalah ini."

Geum Wa ragu apakah ia akan pergi atau tidak.
Dae So kemudian masuk dan menawarkan diri untuk mewakili Geum Wa pergi ke Hyeon To City.
"Yang Mulia, izinkan Pangeran pegi." ujar Perdana Menteri. "Aku akan menemaninya."
Yoo Hwa khawatir mendengar kepergian Dae So. Ia takut Dae So akan mendapat pengakuan jika berhasil menyelesaikan masalah ini.
Jumong hanya tersenyum dan mengatakan pada ibunya agar tidak khawatir.
Ia kemudian pergi menuju ke rumah klan GyehRu.
Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo sangat senang melihat kedatangannya, karena mulanya mereka mengira Jumong sudah melupakan mereka.
"Aku meninggalkan istana lagi." ujar Jumong. Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo terkejut, tidak jadi senang.
Yeon Ta Bal, So Seo No dan yang lainnya keluar menyambut Jumong.
"Aku punya satu permintaan." ujar Jumong pada Yeon Ta Bal. "Tolong izinkan aku bekerja di sini."

0 comments:

Post a Comment