Jumong - Episode 6

Written by Yui Shinji 0 comments Posted in:



Mu Song mengantar Yeo Mi Eul dan Perdana Menteri mengunjungi pria buta. Jumong sudah keluar dari sel itu dan mengintip mereka. Ia sangat terkejut melihat Yeo Mi Eul dan Perdana Menteri.
Pria Buta: Apa itu kau, Mu Song?
Mu Song: Benar.
Pria Buta: Siapa yang datang denganmu? Sepertinya mereka baru kali ini kemari.
Mu Song: Tunggu. Bukankah kau buta? Dari mana kau tahu mereka tidak pernah ke sini?
Pria Buta: Dua orang yang datang bersamamu, salah satunya adalah seorang wanita. Aku sudah lama tidak mencium aroma wanita. Untuk apa kalian datang?
Yeo Mi Eul dan Perdana Menteri tidak berkata apapun. Perdana Menteri memberi isyarat pada Mu Song untuk mengantar mereka keluar.
Perdana Menteri berkata pada Mu Song, "Jangan katakan pada siapapun kalau kami kemari. Jika ada yang tahu, bukan hanya kau, tapi seluruh keluargamu juga akan mati.

Mu Song kembali ke dalam penjara dan mencari Jumong. "Chu Mo! Chu Mo!" panggilnya. "Pergi dari sini dan jangan pernah kembali. Kita bertemu di Gunung Chun Ma saja mulai sekarang.
Jumong tidak mengindahkannya. "Apa yang dilakukan Perdana Menteri di sini?"
Mu Song: Kau melihatnya?
Jumong: Untuk apa dia bertemu dengan pria itu dan apa kejahatan yang sudah dilakukannya? Apa kau tahu?
Mo Sung menggeleng. "Tidak, aku tidak tahu. Kalaupun tahu, aku tidak akan memberi tahu. Tolong jangan tanya lagi dan pegi. Ayo, pergi."

Jumong tidak bisa melepaskan pikirannya dari pria buta. Ia terus memikirkan kata-kata pria buta itu, bahwa dia lupa siapa dirinya dan dia tidak tahu kenapa dia dikurung.

Jumong kembali ke istana. Dae So memintanya menemuinya di tempat latihan bela diri. "Aku tahu kau sedang berlatih bela diri. Aku akan mengajarimu teknik yang baru." ujar Dae So seraya melempar sebuah pedang padanya.
Jumong: Kemampuanku tidak sebanding dengan kakak. Aku sama sekali tidak punya kemampuan.
Young Po: Dasar kau tidak berguna! Kau mungkin tidak punya kemampuan, tapi seharusnya kau punya keberanian. Bagaimana kau bisa menguasai bela diri dengan mental seperti itu! Kak Dae So memberimu kesempatan. Kenapa kau tidak manfaatkan kesempatan ini?!
Dae So berkata pada Young Po. "Mundur." katanya. Ia berpaling pada Jumong dan tersenyum (sok baik), "Jangan khawatir. Aku hanya ingin menolongmu. Majulah."
Dae So mengeluarkan pedangnya. Jumong juga mengeluarkan pedangnya, kemudian menyerang Dae So. Jumong berusaha mengimbangi Dae So. Dae So menghunuskan pedangnya, Jumong menangkis, namun pedang Jumong patah.
Dae So berkata angkuh: Walaupun aku meminta, seharusnya kau tidak menyetujuinya. Aku akan mengajarimu hal lain... Keberanian yang tidak rasional hanya akan membawamu pada kematian. Ingat itu.
Young Po dan Dae So tersenyum menang. Jumong shock. Ia melihat pedangnya yang patah.

Malamnya, Jumong mengunjungi Mo Pal Mo dan membawakannya arak. Mo Pal Mo sangat senang. Mo Pal Mo meminum arak itu bersama Jumong.
Mo Pal Mo: Arak yang enak sekali! Aku ingat saat masih kecill, Pangeran juga membawakanku arak dan memintaku membuatkan cermin perunggu untuk ibumu.
Jumong: Sampai sekarang ibuku masih menggunakan cermin itu.
Mo Pal Mo: Lalu sekarang? Apa kau ingin memintaku membuatkan cermin lagi?
Jumong: Aku datang bukan untuk sebuah cermin, tapi untuk sebuah pedang.
Mo Pal Mo terkejut. "Pedang?" tanyanya.
Jumong: Sebuah pedang yang tidak bisa patah, seperti milik kak Dae So. Aku juga ingin satu.

Paman Dae So membawakan Dae So seorang pengawal. "Namanya Na Ru. Ia akan menjadi bayangan Pangeran. Ia akan melindungi dan melayanimu." katanya pada Dae So.
Dae So: Terima kasih, Paman. Ibu sangat khawatir tentang Jumong. Apa menurut Paman, ayah akan menjadikan Jumong putra mahkota?
Paman: Yang Mulia selalu memberi perhatian khusus pada Jumong, jadi mungkin saja itu terjadi. Kita harus menyingkirkan semua masalah. Aku akan membantumu, Pangeran.

Jumong terus membujuk Mo Pal Mo. "Tolong bantu aku." ujar Jumong. "Aku akan membawakan berapapun arak yang kau mau."
Mo Pal Mo: Ini bukan tentang arak. Kau juga tahu, Pangeran, pekerja bengkel tidak boleh membuat pedang tanpa izin. Jika sampai ketahuan, aku bisa dibunuh.
Jumong: Aku hanya ingin melindungi diri. Jika ada sesuatu yang terjadi, aku tidak akan membawa-bawa nama Ketua."
Mo Pal Mo ragu. "Ketua, tolonglah."

Geum Wa mendapat laporan bahwa klan Suhn Bi, yang pernah mereka kalahkan membentuk pasukan baru untuk menyerang BuYeo. Mereka berhasil membakar tiga desa.
Geum Wa: Klan Suhn Bi sudah dikalahkan, bagaimana bisa mereka membentuk pasukan lagi hanya dalam waktu satu bulan?
Prajurit: Jumlah pasukan yang menyerang desa tidak banyak. Mereka hanya 10 orang, namun bisa mengambil alih desa. Senjata mereka terbuat dari baja, jadi kami tidak bisa mengimbangi mereka.
Geum Wa terkejut. "Kalau tidak dibantu oleh Han, hal ini sangat mustahil.
Perdana Menteri tiba-tiba masuk. "Yang Mulia, aku punya berita penting. Gubernur Hyeon To City yang baru sedang menuju BuYeo."
Geum Wa: Gubernur baru? Siapa dia?
Perdana Menteri: Aku tidak tahu.
Geum Wa berpikir. Mungkinkah ada hubungan antara senjata baja klan Suhn Bi dengan gubernur yang baru? Ia kemudian memerintahkan Jenderal BuYeo mengerahkan pasukan untuk mengalahkan klan Suhn Bi. Ia juga memerintahkan Perdana Menteri agar para pandai besi memproduksi senjata.

Yeon Ta Bal dan So Seo No masuk ke ruangan dan mengobrol bersama Sayong. "Aku dan ayah bertaruh." kata So Seo No pada Sayong. "Apa tujuan kedatangan Gubernur Hyeon To City ke BuYeo? Aku berpendapat, Gubernur pasti ingin membina persahabatan dengan BuYeo. Tapi ayah berpikir bahwa ini adalah peringatan untuk BuYeo agar menghentikan perluasan wilayah. Bagaimana menurutmu? Aku akan menang kan?"
Sayong tersenyum. "Menolong klan Suhn Bi dengan memberi senjata dilakukan untuk mengetahui rencana BuYeo. Kalau dilihat dari karakter Raja, ia pasti akan memproduksi senjata. Mereka datang ke BuYeo ingin mengetahui kemampuan persenjataan BuYeo."

Yeon Ta Bal mendapatkan informasi bahwa pasar di BuYeo dikuasai oleh seorang pria bernama Do Chi. Bahkan pasar gelap juga dikuasai olehnya. Yeon Ta Bal meminta Gye Pil untuk mencari tahu labih banyak tentang Do Chi. Do Chi adalah seorang pria gempal yang suka memakan hati mentah.
Yeo Mi Eul tidak bisa tenang karena teringat Hae Mo Su. Saat ia bersemedi, Yoo Hwa mengunjunginya. Yoo Hwa memberinya sebuah kain dengan bordiran emas.
Malam hari, Jumong mengendap-endap masuk ke bengkel pandai besi. Ia kesana untuk bertemu dengan Mo Pal Mo. Mo Pal Mo mengajarinya cara membuat pedang. Jumong berniat membuat pedangnya sendiri. Pedang buatannya tidak terlalu bagus. Jumong berniat mengulanginya beberapa hari lagi.

Na Ru mematai-matai Jumong dan berhasil mengetahui bahwa Jumong membuat pedang di bengkel. Ia ingin melaporkan pada Dae So, namun Young Po memintanya melaporkan hal itu padanya. Na Ru menolak, namun Young Po memaksanya. Na Ru memberi tahu Young Po. Young Po memerintahkan Na Ru agar tidak memberi tahu Dae So. "Aku akan mengurus masalah ini." ujarnya.
Gubernur Hyeon To City datang. Ternyata ia adalah Yang Jung, teman lama Geum Wa. BuYeo mengadakan pertunjukkan untuk menyambut mereka. Mulanya, Geum Wa menyambut Yang Jung dengan hangat, namun Yang Jung mengutarakan maksudnya yang sebenarnya.
Yang Jung: Alasanku kemari adalah untuk bertemu Yang Mulia dan menyerahkan surat dari Kaisar Han.
Geum Wa menerima surat itu dan membacanya. Geum Wa marah. "Tujuanmu kemari adalah untuk ini?"
Yang Jung: Han tidak mengizinkan BuYeo untuk melanjutkan penguasaan wilayah. BuYeo dilarang memproduksi senjata dan memperdagangkannya keluar.
Geum Wa: Kau dan aku sekarang telah menjadi musuh.
Yang Jung: Jika kau menolak, aku akan memberi senjata pada klan-klan di sekitar BuYeo.
Geum Wa sangat marah. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memerintahkan Perdana Menteri untuk menghentikan kegiatan di bengkel dan memberitahu Jenderal agar membubarkan pasukan.

Mo Pal Mo diberi tahu oleh Perdana Menteri untuk menghentikan produksi senjata. Ia datang ke istana untuk memberi tahu Jumong, namun Jumong sedang tidak ada di istana. Jumong sedang berlatih bela diri bersama Mu Song di gunung.
Mo Song: Kau telah berkembang. Kau harus mencari guru yang lebih baik.
Jumong: Kurasa aku tidak bisa lagi berlatih dengan pedang kayu. Lain kali kita berlatih pakai pedang sungguhan ya!
"Iya." jawab Mu Song spontan. Tiba-tiba ia sadar dan menatap Jumong, "Pedang sungguhan? Yaa.. kalau kau tidak takut kehilangan tangan atau kaki, aku akan menerima tantanganmu."
Jumong tertawa.

Gubernur ingin melihat apakah BuYeo benar-benar menuruti perintah Han. Ia ingin mencari-cari kesalah BuYeo.
Jumong datang lagi ke bengkel pada malam hari untuk membuat pedang. Ia memompa kompor agar api bisa keluar, namun tiba-tiba kompor itu meledak. Jumong sangat terkejut. Para prajurit berlarian datang untuk memadamkan api. Salah satu pengawal Han datang dan melihat sebuah pedang. Ia melaporkan hal itu pada Yang Jung.

Young Po tersenyum menang dan bercerita pada Dae So. Young Po mengatakan kalau dialah yang meletakkan bahan peledak di dalam kompor. Dae So memarahinya. "Apa kau tahu apa yang kau lakukan?!"

Yang Jung menemui Geum Wa. Ia memerintahkan Geum Wa benar-benar menghentikan pembuatan senjata atau hubungan Han dan BuYeo akan menjadi lebih buruk.
Para pejabat meminta Geum Wa menghukum Jumong karena telah membahayakan BuYeo. Jumong dipanggil menemui Geum Wa. Ia berlutut dihadapan Geum Wa. Geum Wa memintanya menjelaskan.
Jumong: Tidak ada yang bisa dijelaskan. Hukuman apapun yang diberikan, aku akan menerimanya.
Geum Wa berteriak marah. "Kau... bukan Pangeran BuYeo lagi. Segera tinggalkan istana!"
Jumong mendongak menatap Geum Wa. "Ayah!" serunya terkejut. "Walaupun aku mengatakan akan menerima hukuman apapun, tapi tolong jangan menyuruhku meninggalkan istana! Aku tidak akan mempermalukan ayah lagi! Tolong maafkan aku!
Geum Wa: Aku masih bisa memaafkanmu karena telah mempermalukan aku di depan Gubernur Hyeon To City. Hal yang tidak bisa kumaafkan adalah bahwa kau telah mengkhianati kepercayaan dan harapanku padamu! Tinggalkan istana!
Geum Wa meminta pengawal untuk membawa Jumong keluar.

Yoo Hwa sangat terkejut mengetahui bahwa Geum Wa mengusir Jumong dari istana. "Aku tahu ini akan terjadi. Ini adalah hal yang baik. Ia telah jatuh ke dalam jurang, jika ia berhasil memanjat jurang itu sendiri, ia akan bertahan hidup. Ini adalah hal yang baik."
Di lain pihak, komplotan Permaisuri sangat senang mendengarnya.
Jumong hendak pamit pada ibunya, namun Mu Duk berkata bahwa Lady Yoo Hwa tidak ingin menemuinya. Jumong bersujud di depan kamar ibunya. Mu Duk merasa iba pada Jumong, lalu memberikan satu bungkus uang dan perhiasan untuk Jumong. Jumong menerimanya dan berjalan pergi.

Yoo Hwa memerintahkan pada Mu Duk untuk memberitahu Mu Song agar tidak membantu Jumong. "Hanya dialah orang yang dikenal Jumong di luar istana, Jumong pasti akan mencarinya." ujar Yoo Hwa.

Jumong berjalan tanpa tujuan. Ia menuju ke penjara rahasia untuk bertemu Mu Song. Tapi penjaga mengatakan Mu Song tidak ada dan menyuruh Jumong pergi. Padahal Mu Song ada di dalam. Ia mengintip Jumong pergi.
Seseorang di pasar mengamati Jumong. Ia memberi isyarat pada kedua temannya untuk bertindak. Kedua temannya itu berpura-pura bertengkar dan berkelahi di depan Jumong, dan ia mencuri bungkusan uang Jumong. Setelah berhasil, mereka kabur. Mereka mendatangi Do Chi untuk menjual perhiasan itu.
Salah seorang pencuri: Perhiasan ini adalah milik bangsawan. Berapa kau akan membayarnya?
Do Chi memeriksa perhiasan itu dengan seksama. "Perhiasan ini bukan mili bangsawan, tapi milik keluarga kerajaan." ujar Do Chi, membuat para pencuri terkejut. Do Chi memberikan sejumlah uang pada mereka.
Seorang gadis masuk dan mengantarkan semangkuk hati mentah pada Do Chi. Salah seorang pencuri keluar dan menemuinya. Pencuri itu memberikan sebuah cincin pada gadis itu. Gadis itu menolak, namun si pencuri meletakkan cincin itu di tangan sang gadis.
Jumong berhenti di kedai makanan dan makan di sana. Ketika sudah selesai, ia hendak membayar namun tidak menemukan bungkusan uang di bajunya. Jumong panik. "Maafkan aku. Aku kehilangan uangku."
Pemilik kedai marah dan menyuruh anak buahnya menangkap Jumong. Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari belakang, "Aku yang akan membayarnya."
Jumong menoleh dan melihat So Seo No dan Oo Tae. So Seo No memberikan uang pada pemilik kedai dan berkata pada Jumong, "Pangeran BuYeo tidak bisa membayar untuk makanannya."
Jumong terdiam dan merasa tidak enak. "Aku pasti akan membayarnya."
So Seo No tersenyum. "Aku mentraktirmu untuk amal. Kau tidak perlu membayarnya."
So Seo No dan Oo Tae berjalan pergi. Jumong berpikir sejenak, lalu berlari mengejar. "Tunggu!" panggilnya. Jumong menghadang jalan mereka. "Izinkan aku bekerja di klanmu. Dengan begini, aku bisa membayar hutangku dan aku akan berguna untuk rombonganmu."
So Seo No menatapnya tajam. "Aku dilahirkan sebagai pedagang dan telah banyak mengikuti perjalanan dagang. Hal pertama yang aku pelajari adalah prinsip kepercayaan. Tapi semua yang kau katakan padaku adalah kebohongan. Bagaimana bisa aku mempekerjakan orang seperti itu?"
So Seo No kembali berjalan, namun berhenti sejenak di samping Jumong. Ia berkata, "Aku tidak sanggup membayar Pangeran BuYeo. Tolong maafkan aku, Yang Mulia."

0 comments:

Post a Comment