Jumong - Episode 14

Written by Yui Shinji 0 comments Posted in:

"Apa aku tidak salah dengar?" kata Hyeopbo pada Oyi dan Ma Ri. "Pangeran ingin bekerja disini?"
"Dia pasti punya tujuan khusus." kata Ma Ri.
"Tujuan?" Oyi berkata kesal. "Dia pasti diusir lagi dari istana."
"Jangan bilang begitu!" seru Hyeopbo.
"Ahh, ini membuat aku gila!" seru Ma Ri. "Jika dia pergi sendiri dari istana, pasti dia tidak punya ambisi menjadi seorang pangeran. Jika dia diusir lagi, pasti dia benar-benar bodoh."

"Terserah bagaimana Pangeran ingin menjalankan hidup di luar istana." kata Yeon Ta Bal. "Namun tidak akan mudah bagi pekerja kami untuk bekerja bersama seorang Pangeran. Tolong mengerti keadaan kami."
Jumong tersenyum. "Aku ingin belajar tentang perdagangan, bukan sebagai seorang pangeran, tapi sebagai pekerja."
"Aku tidak mengenrti." ujar Yeon Ta Bal. "Yang Mulia memberikan kesempatan bagi tiga Pangeran untuk menjadi Putra Mahkota, namun kenapa kau malah berkeinginan menjadi pekerja di perdagangan?"
Itu memang benar." kata Jumong. "Namun aku masih belum pantas menjadi seorang Pangeran. Seperti yang kalian tahu, aku pernah diusir dari istana. Setelah semua itu, aku mulai menyadari bahwa tindakanku dulu sangatlah bodoh. Dan aku juga masih harus banyak belajar. Dengan izinmu, aku ingin belajar tentang dunia dibawah bimbinganmu."
Yeon Ta Bal berpikir. "Ini bukanlah keputusan yang mudah diambil. Beri aku waktu untuk berpikir."
Jumong keluar, membiarkan Yeon Ta Bal dan yang lainnya berdiskusi. Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo langsung berlari mengampiri.
"Pangeran ingin bekerja disini?" tanya Ma Ri. "Apa alasanmu melakukan ini?"
"Apa kau diusir lagi?" tanya Oyi.
"Tidak, aku pergi dengan keinginanku sendiri." kata Jumong.
"Sulit bagimu untuk diizinkan kembali!" ujar Hyeopbo. "Kenapa kau malah ingin pergi?"
"Semua orang punya keinginan sendiri dalam hidupnya." kata Jumong. "Keinginanku bukanlah berada di istana. Mulai sekarang, aku ingin belajar tentang dunia lewat klan ini. Setelah semua yang kalian lakukan sampai sekarang, tetaplah berada di sisiku."
"Alasan kami mendampingimu adalah karena kau punya kemampuan untuk mengubah hidup kami." kata Ma Ei. "Jika kau membuang kesempatan yang ada pasamu sekrang, kau akan menghancurkan hidup kami bertiga juga."
Jumong hanya diam. Ia kemudian menatap Oyi. "Kenapa kau diam?"
"Aku memang tidak berharap padamu." kata Oyi.
Jumong tersenyum. "Maafkan aku. Bagaimana aku bisa bertanggung jawab pada hidup kalian jika aku sendiri tidak bisa bertanggung jawab pada hidupku. Tapi, semuanya akan berbeda sekarang. Aku akan menjadi orang yang berbeda, untuk ibuku dan guruku. Saat waktunya tiba, aku akan membayar hutangku pada kalian."
Yeon Ta Bal, So Seo No, Oo Tae dan Sayong berdiskusi masalah Jumong.
"Mungkin ia sadar bahwa dia tidak bisa menandingi Pangeran Dae So." kata Oo Tae.
"Terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan." ujar Sayong. "Jika dia adalah orang yang sangat disayangi Yang Mulia, maka akan ada banyak percobaan dan ujian untuknya. Ini mungkin caranya menerima tantangan itu."
"Sayong benar." kata Yeon Ta Bal. "Kita sedang berhubungan dengan dua harimau. Jika kita bisa menjinakkan harimau itu, maka kita akan bisa menunggang di atasnya. Namun bila kita membuat keputusan yang salah, maka kita akan digigit." Yeon Ta Bal berpaling ke So Seo No. "Apa pendapatmu tentang Pangeran Jumong?"
"Terima dia." jawab So Seo No tanpa pikir panjang. "Jika kita menggenggam satu harimau, maka kita akan lebih mudah memilih harimau mana yang akan ditunggangi."
Yeon Ta Bal dan yang lainnya keluar menemui Jumong dan memberi tahu keputusan mereka. "Kami menerimamu sebagai pekerja."
"Terima kasih." ujar Jumong.
"Tapi kami punya satu syarat. Selama kau bekerja di sini, kami tidak akan memperlakukanmu seperti seorang Pangeran."
"Beraninya kau bersikap tidak sopan pada pangeran!" seru Ma Ri.
"Ya." jawab Jumong.

Geum Wa memerintahkan orang untuk mencari tahu keadaan Jumong. Ia kemudian memberi tahu Yoo Hwa bahwa Jumong menjadi pedagang. Walaupun mereka tidak bisa memahami maksud Jumong, namun mereka yakin dan percaya padanya.

Dae So tiba di Hyeon To City menemui Yang Jung untuk merundingkan masalah perdagangan garam yang diputus oleh pihak Han. Namun Yang Jung menyuruh Dae So pergi. Geum Wa-lah orang yang harus datang dan bertemu sendiri dengan Yang Jung.
"Beraninya dia berlaku tidak sopan pada Pangeran BuYeo." kata Perdana Menteri. "Kau harus membuatnya membayar semua penghinaan ini, Pangeran."
"Aku harus menahan penghinaannya." kata Dae So. "Apa yang bisa kita lakukan untuk mengubah pikiran Yang Jung?"
"Yang Jung ingin Yang Mulia-lah yang menemuinya.Kita harus kembali ke BuYeo dan memikirkan jalan keluar yang lain."
"Tidak. Kita tidak bisa kembali dengan tangan kosong." kata Dae So menolak. "Bagaimana bisa kita bertemu Yang Mulia tanpa menyelesaikan masalah ini?"
Berhari-hari Dae So mencoba datang untuk menemui Yang Jung, namun Yang Jung selalu menolak bertemu dengannya.
Di lain pihak, Young Po, dibantu oleh Do Chi, mencoba mencari jalan untuk menyelesaikan masalah garam ini.
"Jika kita membawa garam dari Ok Jo untuk memenuhi kebutuhan garam BuYeo, dan berkata bahwa ini adalah hasil kerja kerasmu, kau pasti akan akan mendapat pengakuan dari Yang Mulia." kata Do Chi menyarankan.
"Bodoh!" seru Young Po. "Tidakkah kau berpikir Han sudah bersiap dengan kemungkinan itu? Mereka akan melakukan embargo garam di Ok Jo untuk mencegah hal ini!"
Do Chi tertawa licik. "Pangeran, kapan aku bilang bahwa aku akan melakukan itu dengan legal? Walaupun jalan tertutup, selalu ada lubang kecil. Percayalah padaku."

Ye Mi Eul datang menemui Geum Wa. Ia bertanya kenapa Geum Wa tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengannya sebelum membuat keputusan untuk mengadakan kompetisi Putra Mahkota.
"Yeo Mi Eul." ujar Geum Wa. "Jika ada masalah negara, atau masalah yang lainnya, aku tidak akan pernah berkonsultasi lagi denganmu."
Yeo Mi Eul terpukul mendengarnya. "Yang Mulia!"
"Aku mempercayaimu dan berbagi masalahku denganmu. Tapi kau berbohong padaku dan mengurung Hae Mo Su selama 20 tahun serta menyebabkan kematiannya."
"Yang Mulia," Yeo Mi Eul menjelaskan. "Semua itu adalah keinginan Langit demi masa depan BuYeo..."
"Keinginan langit!" teriak Geum Wa marah, memotong kata-kata Yeo Mi Eul. "Jangan bersikap seperti kau tahu keinginan langit! Bagaimana bisa langit menginginkan tindakan sekeji itu? Aku katakan sekali lagi, aku tidak akan berkonsultasi lagi denganmu mengenai masalah apapun. Kau boleh pergi."
Yeo Mi Eul kembali ke ruangannya dan memerintahkan pelayannya memanggil semua peramal ke istana untuk mengadakan rapat.
Jumong mulai bekerja di klan GyehRu. Gye Pil menyuruhnya mengangkat barang-barang ke dalam gudang. Mo Pal Mo yang kebetulan datang melihat itu dan memukul Gye Pil. "Beraninya kau bersikap seperti itu pada Pangeran!" teriaknya marah. Ia mencekik leher Gye Pil.
Jumong keluar, Mo Pal Mo bergegas menghampirinya. "Kenapa Pangeran bekerja di tempat seperti ini?" tanyanya pada Jumong. Ia menunjuk Gye Pil, "Kemari kau! Aku akan membunuhmu hari ini!"
Bertengkarlah Mo Pal Mo dan Gye Pil. Jumong memisahkan mereka, dan menarik Mo Pal Mo pergi.
Mo Pal Mo sedih hingga mukanya merah. "Apa alasanmu melakukan ini?" tanya Mo Pal Mo, menangis.
"Ketua," panggil Jumong, menepuk punggung Mo Pal Mo. "Apa kau percaya padaku?"
"Tentu saja, Pangeran."
"Kalau begitu, jangan katakan apapun dan lihat saja aku." kata Jumong, tersenyum menenangkan. "Kenapa kau ingin menemuiku?"
"Pangeran, kau menyuruhku untuk tutup mulut, karena itulah aku tidak mengatakan tentang Pangeran Young Po. Tapi sampai kapan aku akan diam seperti ini? Sejak Pangeran Young Po dan Utusan Istana memegang wewenang di bidang persenjataan. Aku jadi tidak punya motivasi bekerja. Tolong katakan kebenarannya pada Yang Mulia."
"Jangan." kata Jumong. "Bersabarlah sebentar lagi. Aku akan mengatakan bila waktunya sudah tiba."
Do Chi memerintahkan Bu Young menyampaikan sebuah surat kepada Yeon Ta Bal.
"Ada perlu apa kau kemari?" tanya So Seo No ketika ia melihat Bu Young datang.
"Aku datang untuk menemui Kepala Klan, Yeon Ta Bal." jawab Bu Young.
"Ada keperluan apa dengannya?"
"Aku bekerja untuk Do Chi. Majikanku memintaku mengantarkan ini." Bu Young memberi surat itu pada So Seo No dan berjalan pergi.
"Apa kau mengenalnya?" tanya Sayong. "Siapa dia?"
"Kurasa ia adalah gadis yang disukai Pangeran Jumong." jawab So Seo No. Sayong tersenyum penuh arti. So Seo No memelototinya. "Kenapa kau tersenyum?"
"Ekspresimu saat melihat gadis itu sepertinya agak aneh." kata Sayong. "Sekarang aku mengerti alasannya."
"Ekspresiku?" tanya So Seo No.
"Penuh dengan rasa cemburu."
"Apa kau meledekku?" teriak So Seo No marah. Sayong tersenyum.

Oyi melihat Bu Young. "Bu Young!" panggil Oyi senang.
"Apa benar Pangeran bekerja di sini?" tanya Bu Young. "Dimana dia?"
Senyum Oyi langsung hilang begitu Bu Young langsung bertanya soal Jumong. Oyi mengantarnya melihat Jumong. "Apa kau mau menemuinya."
"Tidak." jawab Bu Young seraya berjalan pergi.

Do Chi mengirimkan surat berisikan permintaan pengembalian garam yang telah dicuri oleh So Seo No. "Dia bilang, ia akan memulai perang jika kita tidak mengembalikan garamnya." ujar Yeon Ta Bal.
"Ini bukan waktu yang baik untuk berperang dengan Do Chi." ujar Sayong menyarankan.
"Mengembalikan garam semudah itu tidak akan baik. Itu akan menjatuhkan harga diri kita." kata So Seo No.
"Harga diri?" Yeon Ta Bal menatap putrinya. "Keputusanmu untuk mencuri garam dan kemudian diculik sebagai gantinya, sudah melukai harga diri kita."
"Maafkan aku."
"Katakan pada Oo Tae untuk mengembalikan garam." ujar Yeon Ta Bel pada Sayong.
"Baik." ujar Sayong. "Mungkin ada alasan lain mengapa Do Chi ingin garam di kembalikan. Ini pasti caranya untuk menolong Pangeran Young Po."
Jumong selalu berlatih bela diri bila memiliki waktu luang. So Seo No melihatnya dari jauh dan berjalan mendekati. "Nona."
"Aku punya pertanyaan untukmu." kata So Seo No. "Tolong jawab dengan jujur."
"Apa itu?"
"Kau bilang bahwa kau ingin belajar tentang dunia lewat klan ini. Tapi kenapa kau ingin mempelajarinya? Apa kau bertujuan mundur di saat-saat sulit seperti ini dan kemudian maju untuk mengambil tahta jika saatnya sudah tiba?"
Jumong tidak menjawab.
"Aku bisa membantumu jika kau mau." kata So Seo No. "Jadi tolong jujurlah padaku."
So Seo No menunggu, namun Jumong tetap diam. Ia melanjutkan, "Pangeran Dae So sedang ada di Hyeon To City untuk menyelesaikan masalah dengan Gubernur dan Pangeran Young Po sedang berusaha memenuhi kebutuhan garam. Mereka berusaha keras menyelamatkan BuYeo, namun kelihatannya kau kurang motivasi."
Jumong tersenyum. "Hal apa yang bisa kucapai?" katanya. "Aku tidak memiliki kemampuan apapun. Akan sangat bodoh bila aku mencoba."
So Seo No melihatnya dengan heran. Jumong hanya tersenyum padanya.
"Apa benar ia tidak punya ambisi?" pikir So Seo No ketika ia sudah kembali ke kamarnya. "Jika ia punya, bagaimana ia bisa begitu tenang?"

Yang Jung masih belum bersedia bertemu dengan Dae So. Dae So tidak mau menerima kekalahan begitu saja. Ia akhirnya mencari cara lain.
"Na Ru, aku akan pergi ke suatu tempat. Siapkan segalanya." ujar Dae So.

Jumong meminta Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo untuk menemaninya menemui Mu Song. Ma Ri dengan kesal berkata, "Kau tahu dimana harus menemukan Mu Song, kenapa harus mengajak kami?"
"Ada hal yang ingin kukatakan pada kalian juga." ujar Jumong tenang.
"Kami akan ikut." ujar Hyeopbo. Jumong berjalan terlebih dahulu.
"Kita bukan budaknya, kenapa ia harus membawa kita kemana-mana?" seru Ma Ri kesal.
"Ia bilang ingin bicara pada kita."kata Oyi. "Ayo."
"Apa yang akan kau lakukan di masa depan?" tanya Jumong pada Mu Song ketika mereka sudah berada di sebuah ruangan pribadi.
"Apapun asal bisa makan." jawab Mu Song. Jumong tersenyum. Mu Song melanjutkan, "Jujur, hidupku berantakan karena kau. Kupikir aku akan dapat hadiah, tapi sekarang kau adalah pekerja, jadi itu tidak mungkin lagi. Ini benar-benar tidak adil!"
"Mu Song," panggil Jumong. "Apa kau mau membantu melaksanakan rencanaku?"
"Rencana... Maksudmu?"
"Walaupun sekarang aku sedang tidak di istana, tapi aku akan menjadi Putra Mahkota begitu kembali ke istana." kata Jumong. "Yang Mulia mengadakan kompetisi ini untuk memberiku kesempatan. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Yang Mulia."
"Apa yang bisa kulakukan?" tanya Mu Song.
"Aku tidak punya pendukung seperti kedua kakakku. Aku akan menyiapkan sebuah posisi untukmu di istana. Awasi situasi di sana untukku."
Ma Ri kemudian berlutut pada Jumong, diikuti Hyeopbo dan Oyi. Mu Song melihat mereka dan ikut-ikutan berlutut.
"Tolong maafkan pikiran sempit kami." kata Ma Ri. "Kami bersikap tidak sopan pada Pangeran karena kami tidak mengetahui rencana Pangeran. Kami pantas mati!"
"Dimana aku akan ditempatkan?" tanya Mu Song.
"Kau akan tahu setelah sampai di sana." kata Jumong.

Dae So secara diam-diam pulang ke BuYeo. Ia memerintahkan Na Ru untuk masuk ke istana dan membawa Pengawal Geum Wa padanya.
"Pangeran!"
Na Ru mengancam Pengawal Geum Wa dengan pedang.
"Dimana tempat pemakaman sahabat ayahku, Jenderal Hae Mo Su?" tanya Dae So.
"Pangeran, aku tidak bisa mengatakannya. Ini adalah perintah Yang Mulia." ujar si pengawal.
"Aku bertanya demi negara dan rakyat kita." kata Dae So. "Dimana tempatnya?"
"Pangeran..."
"Saat aku menduduki tahta, aku akan memberi penghargaan padamu dan memberimu jabatan yang lebih tinggi. Tapi jika kau tidak menjawab pertanyaanku, kau akan mati di sini. Katakan!"
"Tempat Jenderal Hae Mo Su dimakamkan adalah di Gunung Chun Mu." kata Pengawal.
Dae So memerintahkan Na Ru pergi ke Gunung Chun Mu untuk melakukan sesuatu pada mayat Hae Mo Su, sementara Dae So sendiri pergi ke kediaman klan Gyeh Ru menemui So Seo No.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Dae So.
"Yang Mulia!" So Seo No terkejut. "Silahkan duduk."
"Aku diam-diam kemari selain karena harus mengerjakan sesuatu, juga untuk menemuimu." kata Dae So. "Selama ini, aku belum pernah bertemu dengan gadis yang bisa menarik hatiku. Aku harap kau merasakan hal yang sama padaku."
"Aku juga belum pernah bertemu dengan laki-laki secerdas dan sekuat dirimu." kata So Seo No. Dae So senang mendengarnya.
Tiba-tiba terdengar suara dari luar. "Nona, ini aku, Jumong."
Dae So bertanya kenapa Jumong ada di rumah So Seo No. So Seo No menceritakan bahwa Jumong bekerja sebagai pekerja untuk klan pedagangnya.
Jumong masuk. Ia terkejut melihat Dae So.
"Bagaimana bisa kau melakukan sesuatu yang mempermalukan keluarga kerajaan?" ujar Dae So sinis. "BuYeo sedang berada dalam masalah, tapi apa yang kau lakukan? Apa kau bisa menyebut dirimu Pangeran BuYeo?"
"Aku... berharap bisa membawa kehormatan pada BuYeo suatu saat nanti." kata Jumong, menunduk.
"Kehormatan? Menjadi pekerja bisa membawa kehormatan untuk BuYeo? Kau orang tidak berguna. Keluar!"
Jumong mendongak menatap So Seo No. "Ini adalah daftar barang-barang yang datang hari ini." Jumong berdiri dan keluar dari ruangan itu dengan tenang. Diluar, wajahnya berubah menjadi penuh kemarahan.

Dae So kembali ke Hyeon To City dan membawa sebuah kotak besar. Ia berkata pada pengawal Yang Jung bahwa ia membawa sebuah hadiah. Yang Jung mengizinkan Dae So dan Perdana Menteri masuk.
Pengawal Yang Jung membuka kotak itu dan menjadi sangat terkejut.
"Apa maksud semua ini?!" teriaknya marah. Dae So meminta Yang Jung melihat benda dalam kotak baik-baik.
"Ini adalah kepala Jenderal Hae Mo Su." kata Dae So, menceritakan bahwa Hae Mo Su sebenarnya masih hidup. "Kau bisa membawa kepala ini dan mengatakan pada kaisar Han bahwa kaulah yang membunuh Hae Mo Su."
"Apa yang kau inginkan sebagai gantinya?" tanya Yang Jung.
"Aku tidak ingin ada konflik dengan Han." kata Dae So. "Jika aku menjadi Raja, aku tidak akan berperang dengan Han. Aku akan menghentikan perdagangan ilegal dan pengembangan senjata baru."
Yang Jung tersenyum. "Aku akan membantumu menjadi Raja BuYeo."

Do Chi telah berhasil mengumpulkan banyak garam. Young Po sangat senang dan bergegas melaporkan hal ini pada Geum Wa.
"Aku meminta bantuan salah satu pedagang BuYeo dan melakukan pertukaran dengan negara Ok Jo." kata Young Po dengan bangga.
"Bagus." ujar Geum Wa.
Dae So dan Perdana Menteri tiba. Dae So melaporkan pada Geum Wa bahwa mereka telah berhasil berunding dengan Yang Jung.
"Bagaimana caramu mengubah pikiran Yang Jung?" tanya Geum Wa.
"Aku meyakinkan Yang Jung bahwa perdagangan ilegal dengan Ok Jo dilakukan tanpa sepengetahuan kita." jawab Dae So.
"Yang Jung tidak akan bisa diyakinkan dengan itu."
"Aku berkata padanya jika ia tidak menarik embargo garamnya, maka Yang Mulia akan berperang dengan Ok Jo untuk merebut garam mereka. Yang Jung merasa terancam dengan perluasan wilayah BuYeo. Karena itu, aku mengingatkannya."
"Kau telah mengurangi kekhawatiranku." ujar Geum Wa. Young Po melirik ke arah kakaknya dengan kesal.
So Seo No memberi tahu Jumong mengenai apa yang telah dilakukan Pangeran Dae So dan Young Po. Namun dengan tenang Jumong menanggapi, "Itu berita baik."
So Seo No bertambah heran. "Apa kau tulus?"
"Ya." jawab Jumong seraya mengangkat barang dagangan. "Ini hal yang sangat baik."
"Kenapa kau bilang begitu setelah Pangeran Dae So menghinamu?" tanya So Seo No tidak habis pikir. "Jika aku jadi kau, aku pasti tidak akan bisa tidur memikirkan ini."
Jumong berhenti mengangkat barang dan terdiam sejenak. "Itu masalah sepele." kata Jumong tenang.
So Seo No bertambah bingung. "Dasar bodoh."

Yeo Mi Eul mengumpulkan semua peramal dan mengadakan rapat. Ia berkata bahwa Yang Mulia telah membatasi kewenangan mereka dan ingin menghentikan kewenangan Raja yang makin membesar. "Jika begini terus, kuil kita bisa dihancurkan. Kita harus menggunakan kekuatan langit untuk menghentikan Yang Mulia."
Salah satu peramal mengatakan bahwa ia melihat Busur Da Mul telah rusak. "Ini merupakan pertanda kehancuran negara kita." katanya.

Jumong berlatih memanah. Mungkin keahlian dan kekuatannya dalam memanah merupakan aliran energi yang dialirkan dari Busur Da Mul yang telah ia patahkan.

0 comments:

Post a Comment