Jumong - Episode 15

Written by Yui Shinji 0 comments Posted in:

"Dia sangat hebat." kata Yeon Ta Bal pada So Seo No ketika mereka melihat Jumong berlatih memanah. Jumong berhenti berlatih dan mendekati mereka. "Bukankah Jumong berarti 'Pemanah Legendaris'?"
"Ya." jawab Jumong.
Yeon Ta Bel teringat sesuatu. "Dulu, aku pernah bertemu dengan seseorang yang pandai memanah sepertimu."
"Apa maksud ayah adalah Jenderal Hae Mo Su dari Pasukan Da Mul?" tanya So Seo No.
"Ya." jawab Yeon Ta Bal. "Ketika So Seo No baru dilahirkan, dia menyelamatkan karavan kamu dari serangan bandit. Keahlian memanah Hae Mo Su merupakan anugerah dari langit."
"Beliau adalah guruku." kata Jumong.
"Jenderal Hae Mo Su masih hidup?" Yeon Ta Bal terkejut.
"Benar, tapi beliau sekarang sudah meninggal." ujar Jumong sedih.
"Sayang sekali. Jika waktunya tepat, ia pasti bisa menjadi seorang Raja."
Tiba-tiba Gye Pil datang berlari-lari. "Nona, ada pesan dari istana. Pangeran Dae So mencarimu."
So Seo No melihat ke arah Jumong, lalu berkata pada Gye Pil. "Dia seharusnya datang kesini sendiri."
So Seo No datang menemui Dae So. Dae So memberinya sekotak perhiasan mewah. "Ini adalah simbol hatiku. Aku harap kau mau menerimanya." ujar Dae So.
So Seo No membawa perhiasan itu pulang. Ia bingung dan berpikir.
Jumong mengetuk pintu. So Seo No menyembunyikan kotak perhiasan dari Dae So. Jumong meletakkan beberapa laporan di meja So Seo No, kemudian So Seo No memintanya duduk.
"Aku sama sekali tidak bisa menebak pikiranmu, Pangeran." ujar So Seo No. "Aku mencoba mengerti, namun aku tidak bisa. Bukankah Pangeran Dae So adalah lawanmu kali ini? Kenapa kau begitu tenang. Jika kau laki-laki, jika kau Pangeran yang ingin menjadi Raja kelak, bukankah kau seharusnya memiliki perasaan kuat tentang semua ini? Apa kau benar-benar tidak memiliki ambisi untuk menjadi Putra Mahkota?"
Jumong tersenyum. "Jika aku memang berpikir seperti itu, tetap tidak ada yang bisa kulakukan."
"Apa masalah ini tidak membuatmu merasa marah?" tanya So Seo No.
"Jika marah namun tidak memiliki jalan untuk menyelesaikan masalah, maka semua itu hanya akan menjadi racun." kata Jumong tenang. "Setelah semua yang dilakukan kedua kakakku, aku juga berpikir hal apa yang bisa kulakukan untuk BuYeo. Pangeran Dae So berhasil menyelesaikan konflik dengan Han dan mengembalikan perdagangan garam. Pangeran Young Po berhasil mengamankan ratusan karung garam dari Ok Jo. Kedua kakakku telah memberikan banyak hal, namun mereka tidak menyelesaikan akar dari masalah."
"Apa maksudmu?" tanya So Seo No.
"Saat ini mungkin masalah memang selesai, namun jika suatu saat nanti Han berubah pikiran, masalah ini akan muncul lagi." jawab Jumong. "Jadi intinya, masalah ini masih ada. Jika BuYeo tidak lagi membutuhkan garam dari Han, maka masalah ini dapat terselesaikan."
"Apa kau punya rencana?"
"Tidak." jawab Jumong, menggeleng. Ia kemudian berdiri dan memohon diri untuk pergi.
So Seo No masih berpikir. "Kupikir dia bodoh, ternyata aku salah."
Jumong, Ma Ri, Oyi, dan Hyeopbo menemui Bu Young di tempat Do Chi. Mereka meminta Do Chi membebaskan Bu Young, namun Do Chi menolak. "Dia adalah budakku. Jika kau ingin membebaskan dia, maka kau harus membayar." kata Do Chi.
"Berapa?"
"5.000 yang untuknya dan 10.000 yang untuk kedua adiknya." ujar Do Chi. "Aku akan membebaskan dia jika kau memberiku uang itu.
"10.000 yang?! Kau bandit!" teriak Oyi marah.
"Kembali kemari jika kau sudah memiliki uang itu." kata Do Chi.
Jumong menoleh pada Bu Young. "Keadaanku yang sekarang sulit untuk mendapatkan uang itu. Bersabarlah. Aku pasti akan membebaskanmu."
Yeo Mi Eul masih berpikir mengenai patahnya Busur Da Mul. Pangeran Dae So dan Young Po berkata mereka melihat busur itu, sedangkan Jumong kembali sebelum mencapai gua tempat Busur Da Mul berada. Berarti, pelakunya ada diantara Dae So dan Young Po.
Yeo Mi Eul memanggil Young Po agar menemuinya di Kuil Ramalan.
"Ada apa?" tanya Young Po angkuh.
"Kau mengatakan bahwa kau dan Pangeran Dae So pergi ke Gunung Shijo dan memasang tali Busur Da Mul."
"Lalu kenapa?"
"Apa kau mengatakan yang sebenarnya?"
Young Po marah. "Kau menuduh aku dan kakakku berbohong pada Yang Mulia?"
"Busur Da Mul telah rusak." ujar Yeo Mi Eul.
"Rusak? Bagaimana itu bisa terjadi?!" seru Young Po terkejut.
"Pangeran Jumong berkata bahwa ia tidak pernah mendekati Gunung Shijo. Jadi orang terakhir yang menyentuk Busur Da Mul adalah kau dan Pangeran Dae So. Pasti diantara kalian bedua yang merusaknya!"
"Kami tidak merusaknya!" seru Young Po.
"Tidakkah kau tahu bahwa merusak pusaka BuYeo adalah dosa besar? Apa kau mau mengelak?" tanya Yeo Mi Eul memojokkan. "Busur yang dititipkan pada kami oleh Langit dan Bumi telah rusak. Seseorang harus membayar atas dosa ini!"
"Kami bahkan tidak bisa memasang tali busur. Bagaimana kami bisa merusaknya?" ujar Young Po. "Kakak juga tidak bisa memasang tali Busur Da Mul."
"Jadi, semua itu bohong?" tanya Yeo Mi Eul marah.
"Kami tidak bisa mengakui bahwa kami tidak sanggup memasang tali busur itu." ujar Young Po. "Ini masalah harga diri. Tolong jangan katakan pada siapapun."
Keesokkan harinya, Yeo Mi Eul memanggil Putri Bintang untuk mencari pelaku yang mematahkan Busur Da Mul. Ia membawa Putri Bintang melihat Dae So dan Young Po dari jauh, namun Putri Bintang menggeleng.
Yeo Mi Eul kemudian mengajak Putri Bintang bertemu dengan Jumong. Ketika ia melihat Jumong, entah kenapa tiba-tiba gadis kecil itu pingsan.
Jumong panik karena melihat gadis yang tidak dikenalnya tiba-tiba jatuh dihadapannya.. "Kau baik-baik saja?" tanyanya. Namun gadis kecil itu tidak menjawab dan bergegas pergi.
"Anak yang aneh." ujar Mu Song.

Mu Song dan Jumong mengunjungi istana. Jumong ingin menempatkan Mu Song sebagai bodyguard Mo Pal Mo. Mu Song protes dan marah-marah tidak jelas, namun Jumong tidak mengacuhkannya, malah menoleh pada Mo Pal Mo. "Mulai saat ini, aku akan menghubungimu lewat Mu Song."
"Ya, Yang Mulia." ujar Mo Pal Mo.
Jumong dan orang-orang kepercayaannya (Ma Ri, Oyi, Hyeopbo, Mo Pal Mo, dan Mu Song) berkumpul di suatu ruangan untuk mengadakan rapat.
"Mulai saat ini, apa yang kukatakan, simpan di dalam hati kalian dan rahasiakan semua." kata Jumong. Yang lain saling berpandangan dan menganguk. "Ketika kedua kakakku melakukan hal yang besar demi mendapatkan kedudukan Putra Mahkota, aku hanya berdiam. Namun kini, aku tidak akan diam lagi. Kita harus memulai persiapan."
"Aku akan melaksanakan perintah Pangeran." kata Mo Pal Mo. "Aku akan setia padamu sampai mati."
"Kami juga." sambung Ma Ri tidak mau kalah.
"Karena kalian merasa begitu, kurasa aku akan setuju juga." kata Mu Song. "Tapi persiapan apa yang ingin dimulai? Kenapa kau ingin aku menjaga bengkel pandai besi?"
"Kedua kakakku berusaha keras demi garam. Walaupun garam adalah hal yang penting, namun ada satu hal lagi yang tidak kalah penting, yaitu membuat persenjataan yang lebih baik. Yang Mulia sudah mencari metode pembuatan senjata selama bertahun-tahun."
"Maafkan ketidakmampuanku, Pangeran." kata Mo Pal Mo sedih.
"Kami semua tahu bagaimana kau mengabdikan dirimu." ujar Jumong pada Mo Pal Mo. "Aku ingin menemukan metode pembuatan senjata yang bagus dan kemudian memenangkan posisi Putra Mahkota. Jadi mulai saat ini, kita fokuskan pada pembuatan senjata."

Geum Wa bertanya pada Utusan Istana apakah ia telah menemukan pelaku perdagangan senjata ilegal ke Ok Jo. Ia memerintahkan agar terus berusaha mencari pelaku itu karena ia ingin melenyapkan pelaku perdagangan ilegal.
Dae So merasa Utusan Istana tidak akan berhasil menemukan pelakunya, maka ia berniat mengambil alih tugas ini.
Sayong menyuruh Hyeopbo menemuinya. Dengan basa-basi, ia bertanya pada Hyeopbo apakah sulit hidup di lingkungan para pedagang. Bila Hyeopbo merasa sulit, ia harus memberi tahu Sayong. "Kau sangat mirip dengannya." Sayong kemudian berkata, menatap Hyeopbo.
"Aku mirip dengan siapa?" tanya Hyeopbo.
Sayong tersenyum, kemudian berkata, "Kudengar kau penasaran, apakah aku ini laki-laki atau perempuan."
Hyeopbo merasa tidak enak. "Aku... aku hanya bertanya..."
"Aku... adalah perempuan dan laki-laki." ujar Sayong ringan. Hyeopbo terkejut setengah mati. Sayong melanjutkan dengan sedih, "Aku lahir dengan kondisi seperti ini, dan orang lain menganggap aku monster. Pernahkah kau membayangkan hidup sebagai budak dan tidak dianggap manusia?"
Hyeopbo ikut bersedih, merasa prihatin pada Sayong.
"Sebelum aku bertemu dengan Kepala Klan, ada seorang laki-laki yang membebaskan dan membesarkan aku. Kau mirip dengan laki-laki itu." kata Sayong. Ia menatap Hyeopbo. "Pandanganku padamu saat ini adalah sebagai seorang wanita."
Hyeopbo terkejut, tidak tahu harus bilang apa. Ia kemudian keluar. Ma Ri dan Oyi langsung berlari menghampiri.
"Apa yang ia katakan?" tanya Ma Ri penasaran.
"Ia mengatakann bahwa ia menyukaimu, kan?" tanya Oyi.
"Kalian!" seru Hyeopbo. "Kalian tahu, dia adalah orang yang sangat malang." Hyeopbo berjalan pergi sambil menghela napas. Teman-temannya bingung.

Mo Pal Mo mencari Yeon Ta Bal untuk menanyakan metode untuk membuat pedang.
"Dalam sebuah perundingan, ada yang memberi dan ada yang menerima." kata Yeon Ta Bal. "Jika aku membantumu, apa yang bisa kau lakukan untukku?"
"Aku akan memutuskan setelah mengetahui informasi darimu. Apakah berguna untukku atau tidak." kata Mo Pal Mo. Yeon Ta Bal menolak. Ia tidak bisa menyetujui transaksi semacam itu. Ia kemudian memberikan sebuah belati untuk Mo Pal Mo. "Aku mengenal seorang ahli pedang dari Han. Ia memberiku belati ini. Kau boleh memilikinya."
Mo Pal Mo mengamati belati itu dengan seksama, sama sekali tidak menyadari bahwa apa yang dikatakan Yeon Ta Bal adalah kebohongan belaka.

Dae So menyusup ke rumah Do Chi bersama pasukannya. "Siapa yang memberimu senjata dari bengkel pandai besi?" tanya Dae So.
Mulanya Do Chi tidak mau mengaku, namun Dae So mengancamnya hingga akhirnya ia buka mulut. "Pangeran Young Po dan Utusan Istana." jawab Do Chi.
Dae So bergegas kembali ke istana dan memanggil Young Po serta Utusan Istana. "Mengapa kalian melakukan ini!" Dae So memarahi mereka berdua.
"Kami melakukan ini untuk kakak." kata Young Po.
"Benar. Kami berpikir, jika ingin menang dalam kompetisi Putra Mahkota, maka kau harus memiliki uang." ujar Utusan Istana.
"Cukup!" teriak Dae So. "Kau ingin aku mati bersama kalian?! Aku tidak pernah meminta hal semacam ini! Apa kalian tahu hinaan seperti apa yang telah diterima Yang Mulia, BuYeo dan aku karena Yang Jung?"
"Maafkan aku, Kakak."
"Kita harus melenyapkan siapa saja yang tahu mengenai masalah ini." kata Dae So. "Siapa saja yang tahu selain Do Chi?"
Young Po berpikir.
Mo Pal Mo bekerja di bengkel sampai larut malam. Salah seorang anak buahnya menyerahkan sebuah pedang. Mo Pal Mo mencoba memukulkan pedang itu ke sebuah besi, dan pedang itu tidak patah. Ia terkesan.
"Apa kita harus memberi tahu Yang Mulia?" tanya anak buah Mo Pal Mo.
"Belum!" seru Mo Pal Mo. "Belum waktunya. Jika kita terburu-buru, kita hanya akan membuat Yang Mulia kecewa. Kita harus membuat pedang seperti ini 10 kali lipat. Jadi rahasiakan ini!"
Mo Pal Mo mengajak Mu Song pergi menemui Jumong, ingin menunjukkan pedang barunya. Di perjalanan, tiba-tiba mereka di serang oleh segerombolan orang tak dikenal. Mu Song melawan mereka dan menyuruh Mo Pal Mo lari dan memberi tahu Jumong.
Mo Pal Mo bergegas berlari memanggil Jumong.
Jumong, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo terkejut melihat segerombolan orang bercadar mengejar Mo Pal Mo. Mereka segera melawan orang-orang itu, sementara Jumong berlari hendak menolong Mu Song. Mereka menang dengan mudah. Jumong membuka cadar salah satu dari mereka dan terkejut.
"Apa kau mengenalnya?" tanya Mu Song.
Jumong dan yang lainnya berkumpul di ruangan Jumong. Mereka hanya terdiam, berpikir. Mu Song membuka mulut terlebih dulu. "Ini berarti ada orang yang hendak membunuh Ketua!"
"Aku?!" ujar Mo Pal Mo. "Apa aku terlihat memiliki musuh? Seumur hidupku aku hidup di bengkel pandai besi! Tidak ada alasan seseorang ingin membunuhku!"
Jumong hanya diam, berpikir. Mo Pal Mo menatap Jumong. "Pangeran, apa mungkin...."
Jumong mengangguk. "Aku juga memikirkan hal yang sama." katanya. Tiba-tiba ia bangkit dari duduknya. "Jangan ikuti aku."
"Sepertinya dia tahu siapa pelakunya." kata Oyi. Ia bertanya pada Mo Pal Mo. "Siapa?"
Mo Pal Mo terdiam lama. Mereka menatapnya lekat-lekat, penasaran. "Aku tidak tahu." Gubrak.
Young Po memberitahu Dae So bahwa ia gagal membunuh Mo Pal Mo. Dae So marah dan menggebrak meja. "Bunuh dia segera!" bentak Dae So.
Pelayan mengumumkan kedatangan Pangeran Jumong. Dae So menyuruh Jumong masuk. "Ada perlu apa kemari?" tanyanya.
"Mencuri senjata dari bengkel adalah kejahatan besar." Jumong memulai. "Tapi jika kau membunuh Ketua, bagaimana kalian akan menanggung kejahatan itu?"
"Kau! Beraninya kau berkata seperti itu pada kami!" teriak Young Po marah.
"Kakak, jika Yang Mulia tahu tentang hal ini, aku tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan kau terima." ujar Jumong mengancam dengan halus.
Young Po hendak meledak marah lagi, namun Dae So menyuruhnya diam dan meminta Jumong melanjutkan.
"Jika kalian bermaksud membunuhku agar aku tidak bicara, maka itu adalah keputusan yang buruk. Akan ada banyak mulut lagi yang harus ditutup." Jumong berkata dengan sangat tenang. "Jangan pernah berpikir untuk melakukan hal semacam ini lagi. Aku bukan lagi Jumong yang takut karena ancaman kalian. Jika kalian mengancamku, maka kalian yang akan membayar."
Jumong menunduk memberi hormat pada kedua kakaknya, lalu bangkit dari duduknya dan pergi.
"Kakak, aku harus membunuh si bodoh itu!" seru Young Po kesal.
"Diam! Aku tidak ingin melihatmu! Pergi dari hadapanku!" bentak Dae So pada Young po seraya menggebrak meja.

Setelah keluar dari ruangan Dae So, Jumong menemui ibunya. Yoo Hwa terlihat pucat. "Ada apa ibu?"
"Aku bermimpi tentang kakekmu." kata Yoo Hwa.
"Maksud ibu, Kepala Klan Ha Baek?" tanya Jumong.
"Mimpi itu terlihat sangat nyata." kata Yoo Hwa. "BuYeo menghadapi krisis karena garam beberapa saat ini, dan ketika aku hidup di Ha Baek, garam juga menjadi sumber hidup kami. Ketika aku masih kecil, aku mendengar dari ayahku bahwa di Negara Go San, ada sebuah gunung yang dilapisi oleh garam. Ayahku selalu berkata bahwa ia akan pergi kesana, namun dia tidak pernah bisa pergi."
"Garam dihasilkan di negara yang berbatasan dengan laut, seperti Ok Jo." kata Jumong. "Aku tidak pernah mendengar tentang gunung yang dilapisi garam."
"Mungkin ini hanya mitos."

Jumong mulai mencari tahu tentang negara Go San dan keberadaan gunung garam. Ia meminta Mari, Oyi dan Hyeopbo untuk mencari orang yang berasal dari Go San. Sulit menemukan orang yang berasal dari Go San karena negara itu adalah negara yang letaknya sangat jauh, namun akhirnya mereka berhasil menemukan satu orang.

Jumong kemudian menemui So Seo No dan menawarkan sebuah transaksi.

0 comments:

Post a Comment